thayyibah.com :: Ketika orang tua menginginkan anak agar menjadi anak yang diidam-idamkan baginya, sudahkah mereka menjadi orang tua idaman bagi anak-anaknya? Lalu bagaimanakah tips-tips menjadi orang tua idaman itu? Berikut ini dijelaskan beberapa tips, di antaranya:
1. Bersahabatlah dengan Anak Anda
Untuk menjalin ikatan persahabatan dengan anak, seorang ayah memerlukan kasih sayang dan penghormatan sang istri. Istri salihah adalah istri yang membuat anak-anaknya merasakan keagungan ayah mereka, membiasakan mereka untuk menghormati dan mencintainya, menegaskan perasaan di dalam jiwa mereka bahwa ayah mereka memiliki keutamaan dan sifat-sifat indah.
Ia berkata pada anaknya, “Pegang teguh akhlak ini karena akhlak ini membuat ayahmu senang, dan jauhi akhlak itu karena membuat ayahmu marah.” Saat itu, anak merasakan keagungan akhlak sang ayah.
Jika Anda ingin menjalin ikatan persahabatan dengan anak, Anda harus tahu bahwa mulutnya lebih sadar dari akalnya. Kardus permen baginya lebih baik dari buku baru, baju indah lebih ia suka dari pada tutur kata indah.
2. Cinta dan Pendidikan
Mendidik tidak akan bisa berjalan tanpa cinta. Anak-anak yang merasakan kasih sayang dan perhatian dari orang-orang yang mendidik akan tertarik ke arahnya dan mendengar kata-katanya dengan telinga dan hati.
Untuk itu, kedua orang tua harus berusaha sekuat tenaga untuk mencintai anak-anak, dan jangan melakukan apapun yang membuat anak-anak membenci mereka, seperti menghina, sering memberi hukuman, mengabaikan, membatasi kebebasan anak, dan tidak menuruti keinginan-keinginan mereka yang dibolehkan secara syar’i. Ketika terpaksa harus memberikan hukuman pun, orang tua harus melakukannya dengan bijak, agar cinta yang tanpanya pendidikan tidak berjalan, tidak hilang.
Cinta bukan berarti anak berkuasa di rumah dan sekolah serta boleh melakukan apapun yang diinginkan tanpa aturan. Ini bukan cinta namanya. Tapi kelemahan dan keruntuhan. Cinta Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallam terhadap para sahabat tidak menghalangi beliau untuk membebankan kewajiban-kewajiban kepada mereka dan menggiring mereka ke medan jihad. Bahkan, beliau shallaallahu ‘alaihi wasallam menghukum sahabat yang berbuat dosa dan menyimpang dari batasan-batasan Islam. Ini semua tidak melemahkan cinta para sahabat kepada Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallam, bahkan semakin meningkatkan cinta dan ketaatan mereka kepadanya.
Suatu ketika, seorang anak di sebuah sekolah TK mengungkapkan rasa tidak senang dan tidak suka terhadap pergantian guru dengan cara pingsan. Tapi keadaan segera membaik karena seorang guru mendekap dan menciumnya. Ia membuatnya merasa bahwa dirinya adalah anak yang dicintai, dan tidak akan ada lagi pergantian guru.
3. Perintah Tegas Namun Tenang
Setiap perintah kepada anak harus disampaikan dengan tegas, tapi juga menyelipkan kesiapan orang tua untuk membantunya. Ketika ia memainkan banyak sekali mainan di kamar hingga berantakan, ibu bisa berkata, “Mari kita rapikan mainanmu bersama-sama.” Saat itu ibu mulai merapikan mainan, dan anak akan segera membantu ibu.
Kita sering melihat anak diam tak bergeming, bahkan menangis dan teriak kala disuruh ibunya dengan nada ancaman agar mencuci tangan atau masuk kamar mandi. Namun andai anak menerima perintah dengan kata-kata lembut dan tenang, ia akan menerima perintah dengan sangat tenang.
Semakin anak didesak, ia akan semakin membangkang dan tidak berkeinginan untuk menjalankan pekerjaan yang diperintahkan kepadanya.
4. Hal yang Diperlukan Adalah Kasih Sayang
Ingatlah bahwa anak memerlukan sentuhan kasih sayang ibu dan ayahnya. Ingatlah hadits-hadits yang menuturkan bagaimana Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallammengusap kepala anak-anak dengan tangan beliau. Disebutkan dalam hadits shahih riwayat An-Nasa’I dari Anas –radhiyallāhu ‘anhu– bahwa ia berkata, “Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallam mengunjungi kaum Anshar, mengucapkan salam kepada mereka, dan mengusap kepala mereka.”
Ketika anak Anda bangun pada pagi hari, jangan ragu untuk mengusap kepalanya. Sebelum ia pergi meninggalkan rumah menuju taman kanak-kanak atau sekolah, dekaplah ke dada Anda dengan kasih sayang. Ketika ia pulang, ciumlah dan tepuk-tepuklah punggungnya sambil menanyakan apa yang ia lakukan di sekolah selama seharian.
Sebelum anak tidur pada malam hari, dekaplah ke dada Anda dan ciumlah ia.
Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallam biasa bercanda dengan anak-anak dan menyayangi mereka. Hal ini beliau lakukan terhadap cucu-cucu beliau dan anak-anak para sahabat.
Abu Hurairah –radhiyallāhu ‘anhu– meriwayatkan bahwa Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallam mencium Hasan bin Ali –radhiyallāhu ‘anhu–. Saat itu Aqra’ bin Habis At-Tamimi duduk di dekat beliau. Ia berkata, “Aku punya sepuluh anak. Aku tidak pernah mencium seorang pun di antara mereka.”
Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallam menatap ke arahnya lalu bersabda, “Siapa tidak menyayangi, ia tidak disayang.”[1]
Mu’awiyah –radhiyallāhu ‘anhu– berkata, “Siapa yang punya anak, bersikaplah layaknya anak untuknya.”
Sejumlah orang pedalaman datang menemui Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya, “Apakah kalian mencium anak-anak kalian?”
“Ya,” jawab beliau.
Mereka lantas berkata, “Tapi kami, demi Allah, tidak mencium (anak-anak).”
Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wasallam lantas bersabda, “Apa yang bisa aku lakukan jika Allah telah mencabut kasih sayang dari hati kalian.” [2]
——————————————————————-
[1] Muttafaq alaih
[2] HR. Ahmad (VI/70)
Diketik ulang dari buku terjemahan ‘Modern Islamic Parenting: Cara Mendidik Anak Masa Kini dengan Metode Nabi’.
Judul Asli: Kaifa Turabbi Abnaa’aka fii Haadzaz Zamaan?
Penulis: Dr. Hassan Syamsi
Artikel muslimah.or.id