Breaking News
Ilustrasi. Sedekah memupuk rezeki (Foto : DD)

Catatan Cinta Lansia (5)

Oleh : Pipiet Senja

Ilustrasi. Sedekah memupuk rezeki (Foto : DD)

Anno 3 April 2020

Ba’da Jumatan saat kelar maksi dengan anak cucu. Tiba tiba ada yang ketok pintu.

“Ya Nak ada apa?” tanyaku melongok dari pintu dapur.

“Manini Pipiet Senja ya?” balasnya seraya turun dari motor.

Oh, Gosend agaknya.

“Ini dari Bandung,” seraya menyodorkan sebuah paket berbungkus plastik hitam.

“O, ya dari Naila Alba dan Laila Agung,” gumam saya sambil menerima paketnya.”Terimakasih ya Nak…”

Saya lihat sekilas barang yang diangkutnya banyak sekali. Berbungkus kardus dan kantong plastik. Saya kejar dia sambil menyambar satu botol Hand Sanitizer.

“Oh, terimakasih ya Manini, terimakasih,” sambutnya dengan mimik sukacita.

Syukurlah kalau bermanfaat. Sengaja saya sediakan sabun cuci tangan mini dan Sanitizer di atas rak sepatu. Mendapatkannya lumayan sulit harus menunggu seminggu. Saya tidak suka yang beralkohol.

Anak cucu juga langka memakainya. Kami lebih pilih cuci tangan dengan sabun saja.

Isi paketnya sungguh membuat hatiku sukacita; kurma, kismis, satu dus sarung tangan dan sebotol sedang Sanitizer. Dibayar berlipat ganda. Kontan!

Menjelang petang saat asyik finishing novel. Ada lagi yang teriak di depan rumah.

“Ada paket tuh, Manini,” kata Qania yang sedang asyik belajar sambil main kemahan.

Saya bangkit dan membuka pintu. Benar ada motor Gojek berhenti.

“Manini yaaaaa?” serunya masih di atas sadel motornya.

Euleuh, euleuh Manini jadi ngehits euy!

“Dapat sembako nih, Manini,” ujar Bang Gojek .

“Darimana ya?”

“Ini Maharani Peduli. Kang Mumuh yang minta antar.”

“Masya Allah alhamdulillah….”

“Manini janda dhuafa memang berhak dapat santunan musim wabah begini,” komentarnya sambil mengangkut satu kantong plastik hitam dan satu dus.

Ada geli meruyak campur haru biru. Sembako yang satu kantong plastik hitam.Tapi yang di kardus mah belanjaan titipan anakku.

“Ini sanitizernya ambil ya, Nak,” kataku menyelipkan sebotol mini alovera beralkohol ke tangan yang apik disarungan tebal.

Kalau saya renungkan lagi. Rezeki datang tak terduga karena sedekah yang tak seberapa.

Tempohari adikku di Sumedang mengeluh. Suaminya tak kerja anak anak 4 orang hanya makan sekali.

Ya Allah, ngeneeees rasanya! Tak bisa kubayangkan hati adikku yang tak mampu beri anak anak makan cukup. Saya tengok isi ATM tinggal 150 ribuan. Tanpa pikir panjang saya transferkan. Hanya disisakan 3 ribuan saja. Setidaknya di kulkas masih ada sayuran dan buah. Ikan dan tempe juga masih ada.

Saya lanjutkan menulis. Mendadak ada yang WA dari Medan, Amy.

“Maaf Manini minta Noreknya ya.” Demikian pesannya.

Disusul Laila dari Bandung yang mau borong buku karya Pipiet Senja.

Apa yang terjadi, Saudaraku? Saya cek MBanking masya Allah alhamdulillah. Dari Medan 2 juta dari Laila 1 juta 600 ribu. Belum lagi dari Ina Pengacara 750 ribu. Manini mendadak kayaraya, Sista!

Seketika saya bagikan untuk adik yang kesulitan ekonomi. Sisanya bayar pinjaman bekas nebus obat. Demikianlah Manini masih bisa makan dan bertahan dengan penyakit bawaan. Dari perjalanan ini selalu bisa diambil hikmah.

Di tengah krisis ujianNya selalu diberikan nikmat Sang Pencipta. Maka, anak anakku yang berbahagia.

Pesan Manini, jangan pelit berbagi sedekah dengan sesama. Jangan pernah berprasangka kepada Sang Khalik. Tetaplah sabar dan tawakal. Yakinlah jika kita terus berdoa mengetuk pintu langit; badai wabah ini segera berlalu.

Terimakasih tak terhingga dan #SemestaDoa untuk para donatur berhati mulia. Semoga pahala dan rezekinya semakin berlimpah dan barokah.

Al Fatihah

About Redaksi Thayyibah

Redaktur