Oleh : Hamidah Hasibuah
Beliau adalah sosok ustadz yang bertutur kata lembut, tapi tetap tegas. Tak pernah bosan memberi nasihat lewat cara yang jenaka. Itulah yang dikenal santri YAPIDH (Yayaysan Pendidikan Darul Hikmah) Bekasi, dari sosok Dr. Ahzami Samiun Jazuli. Selain sebagai pengasuh Pondok Pesantren YAPIDH, beliau juga menjadi dosen di STIU Darul Hikmah dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Beliau juga seorang ahli tafsir yang sudah menulis sejumlah buku, seperti Hijrah dalam Pandangan Al-Quran dan Kehidupan dalam Pandangan Al-Quran yang diterbitkan Gema Insani Press.
Lahir dan besar di Pati, Jawa Tengah pada 24 Juni 1962. Beliau menyelesaikan pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas di Raudhatul Ulum Guyangan, Pati.
Dari Pati, beliau melanjutkan studinya ke Riyadh, Arab Saudi. Tepatnya di Universitas Islam Muhammad bin Saud jurusan Ulumul Quran beliau menimba ilmu hingga meraih gelar doktor. Beliau telah dikaruniai 10 orang anak, 6 laki-laki dan 4 perempuan, juga 9 orang cucu.
Di kalangan santri, kami selalu mendengar nasihatnya yang lucu, tapi penuh arti.
“Wa laa yatafatjaruun!” Kalimat itulah yang diucapkannya untuk melarang para santri berpacaran. Karena selain melanggar ajaran agama, berpacaran juga merupakan hal sia-sia yang membuat remaja lalai dalam belajar. Dalam pidatonya di wisuda kelulusan santrinya, beliau memberi nasihat yang sangat berkesan.
“Silakan kalian berkuliah di mana saja. UI, UGM, ITB, kampus mana saja di seluruh dunia, asal kalian ingat satu hal. Sebagai santri lulusan pondok pesantren, kalian adalah sufarud da’wah, duta-duta dakwah.” Beliau berpesan agar para santrinya tetap menyebarkan ajaran Islam di manapun mereka berada. Menjadi duta dakwah di seluruh dunia dan tetap berada dalam lingkaran tarbiyah islamiyah.
Selamat jalan guru kami. Doa kami meyertaimu. Semoga Allah menempatkanya di surga jannatun na’iim.