Penelusuran atas Hadits-hadits Nabi tentang Salam
Oleh: Yuana Ryan Tresna
Macam-macam lafal Salam yang mendatangkan pahala
Dari Ibnu Abbas bahwa Umar radhiyallahu ‘anhum menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan beliau berada di masyrubah (ruangannya yang lebih tinggi) beliau, lalu Umar berkata,
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ، أَيَدْخُلُ عُمَرُ؟
“Assalamu ‘alaika ya Rasulallah assalamu ‘alaikum (Semoga keselamatan bagi Anda, wahai Rasulullah, semoga keselamatan bagi Anda), apakah Umar boleh masuk” (HR. Abu Dawud).
Imam al-Nawawi rahimahullah dalam kitab Riyadh al-Shalihin dalam bab ‘Kaifiyyah al-Salam’ menjelaskan bahwa dianjurkan seseorang memulai mengucapkan salam dengan lafal,
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Assalamu‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam al-Tirmidzi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا لقي الرجل أخاه المسلم فليقل: السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Jika seorang bertemu dengan saudaranya yang muslim, maka ucapkanlah ‘Assalamu‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh’.” (HR. Al-Tirmidzi).
Imran bin al-Husain radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Datanglah seorang laki-laki menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mengucapkan ‘Assalamu‘alaikum’ lalu beliau pun menjawabnya, iapun duduk, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَشْرٌ
“Sepuluh kebaikan (untuknya)”.
Lalu datanglah laki-laki yang lain, kemudian mengucapkan ‘Assalamu‘alaikum wa rahmatullah’, beliaupun menjawabnya, lalu iapun duduk, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عِشْرُونَ
“Dua puluh kebaikan (untuknya)”.
Selanjutnya, datanglah laki-laki lainnya lagi, kemudian mengucapkan ‘Assalamu‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh’, beliaupun menjawabnya, lalu iapun duduk, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُونَ
“Tiga puluh kebaikan (untuknya)” (HR. Abu Dawud dan al-Tirmidzi).
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku,
هَذَا جِبْريلُ يَقْرَأُ عَلَيْكِ السَّلاَمُ
“Ini Malaikat Jibril menyampaikan salam kepadamu.”
Aku pun menjawabnya,
وعَلَيْهِ السَّلامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Dan semoga keselamatan, rahmat, dan barakah Allah, dianugerahkan kepadanya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Imam al-Nawawi rahimahullah dalam kitab al-Adzkar menjelaskan bahwa yang paling baik adalah mengucapkan salam dengan lafal ‘Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh’. Sedangkan orang yang menjawab salam mengatakan wa ‘alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh. Imam An-Nawawi dalam kitab Riyadh al-Shalihin juga menjelaskan bahwa yang menjawab salam lafal ‘wa ‘alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh” memakai huruf wawu ‘athf (wa ‘alaikum وعليكم).
Salam dalam Islam Adalah Tebaran Kebaikan
Pada kitab Shahih Muslim Bab ‘Diantara Kewajiban Seorang Muslim Adalah Menjawab Salam’, terdapat hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ ». قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?” Lantas beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat padanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim)
Jika kita melihat dari hadits di atas, akan terlihat perintah untuk memulai mengucapkan salam ketika bertemu saudara muslim yang lain. Namun sebagaimana dinukil dari Ibnu ‘Abdil Barr dan selainnya, mereka mengatakan bahwa hukum memulai mengucapkan salam adalah sunnah, sedangkan hukum membalas salam adalah wajib. (Subul al-Salam, 7/7).
Imam al-Bukhari membawakan hadits dalam kitab Shahihnya Bab ‘Mengucapkan Salam kepada Orang yang dikenal maupun tidak dikenal’. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ « تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ
“Amalan Islam apa yang paling baik?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali. ” (HR. Bukhari).
Imam al-Bukhari juga mengeluarkan sebuah hadits dalam Adab al-Mufrad dengan sanad yang shahih dari Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa dia melewati seseorang, lalu orang tersebut mengucapkan, “Assalamu ‘alaika, wahai Abu ‘Abdir Rahman.” Kemudian Ibnu Mas’ud membalas salam tadi, lalu dia berkata,
إِنَّهُ سَيَأْتِي عَلَى النَّاس زَمَان يَكُون السَّلَام فِيهِ لِلْمَعْرِفَةِ
“Nanti akan datang suatu masa, pada masa tersebut seseorang hanya akan mengucapkan salam pada orang yang dia kenali saja.”
Demikian juga dalam riwayat imam al-Thabarani dan al-Baihaqi terdapat riwayat yang marfu’,
مِنْ أَشْرَاط السَّاعَة أَنْ يَمُرّ الرَّجُل بِالْمَسْجِدِ لَا يُصَلِّي فِيهِ ، وَأَنْ لَا يُسَلِّم إِلَّا عَلَى مَنْ يَعْرِفهُ
“Di antara tanda-tanda (dekatnya) hari kiamat adalah seseorang melewati masjid yang tidak pernah dia shalat di sana, lalu dia hanya mengucapkan salam kepada orang yang dia kenali saja.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Mengucapkan salam kepada orang yang tidak kenal merupakan tanda ikhlash dalam beramal kepada Allah Ta’ala, tanda tawadhu’ (rendah hati) dan menyebarkan salam merupakan syi’ar dari umat ini.” (Ibnu Hajar, Fath al-Bari, 17/459).
Tentu saja maksud dari hadits-hadits di atas adalah salam kepada orang muslim, bukan kepada orang kafir.
Dari ‘Amar bin Yasir, beliau mengatakan,
ثَلاَثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ الإِيمَانَ الإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ ، وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ ، وَالإِنْفَاقُ مِنَ الإِقْتَارِ
“Tiga perkara yang apabila seseorang memiliki ketiga-tiganya, maka akan sempurna imannya: (1) bersikap adil pada diri sendiri, (2) mengucapkan salam pada setiap orang, dan (3) berinfak ketika kondisi pas-pasan. ” (HR. Al-Bukhari)
Mengucapkan salam merupakan sebab terwujudnya rasa cinta di antara sesama muslim. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
Penutup
Itulah salah satu syi’ar yang disyariatkan dalam Islam, yakni menebarkan salam, dan menjawabnya adalah kewajiban. Salam adalah syi’ar Islam, doa kebaikan, wujud cinta, pertautan hati, dan akan mendatangkan pahala. Salam apapun yang digadang-gadang untuk menggantikan salam dalam Islam, sama sekali tidak memiliki nilai kebaikan sebagaimana salam dalam Islam. Lebih jauh lagi, mengganti salam dalam Islam adalah langkah jahat untuk menghapus simbol-simbol Islam yang sudah menjadi budaya di tengah pergumulan masyarakat yang heterogen. []