Oleh: Inayatullah Hasyim (Dosen Univ. Djuanda Bogor)
Selesai shalat shubuh tadi, saya membaca al-Qur’an Surah Yusuf. Ada penggalan kisah menarik yang patut kita renungi bersama.
Ketika Nabi Yusuf (Alaihi Salam) dipenjara, dua orang narapidana datang menghampirinya, dan meminta pendapat (ta’wil) atas mimpi mereka. Kisah tentang teman-teman satu sel Nabi Yusuf itu tentu sudah kita ketahui bersama. Bagi saya, keputusan mereka untuk meminta pendapat Nabi Yusuf adalah sesuatu yang istimewa. Meraka melihat Nabi Yusuf seorang yang sangat santun, bijak dan tidak emosional, bahkan saat hidup susah di penjara.
Peristiwa itu diabadikan al-Qur’an dalam firman Allah SWT:
وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانِ ۖ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا ۖ وَقَالَ الْآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ ۖ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ ۖ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (36)
“Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur”. Dan yang lainnya berkata: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung”. Berikanlah kepada kami ta’birnya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang bijak”. (QS Yusuf 36)
Bersama perjalanan waktu, Nabi Yusuf lalu bebas dari penjara. Ia kemudian menjadi penguasa Mesir dan menjadi orang paling berkuasa di negeri itu.
Suatu hari, Yusuf mengundang saudara-saudaranya yang dulu membuangnya agar datang ke Mesir bersama Bunyamin untuk mendapatkan pembagian gandum. Namun, para saudaranya itu tidak lagi mengenali Yusuf, bahkan Bunyamin pun tak mengenalinya. Yusuf berkata pada Bunyamin, Al-Qur’an menceritakan, “…tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf. Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata : “Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, Maka janganlah kamu berdukacita terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.
Agar ada “alasan hukum” untuk menahan Bunyamin, pada kantong gandum Bunyamin dimasukan piala kerajaan, hingga Bunyamin dituduh mencuri. Para saudara Yusuf bersikeras bahwa Bunyamin tidak mencuri, dan mereka memohon pada Yusuf agar membebaskannya. Allah menceritakan ucapan mereka dalam firman-Nya,
قَالُوا يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ إِنَّ لَهُ أَبًا شَيْخًا كَبِيرًا فَخُذْ أَحَدَنَا مَكَانَهُ ۖ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (78)
Mereka berkata: “Wahai paduka yang mulia, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambillah salah seorang diantara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk oranng-orang bijak”. (QS Yusuf 78)
Perhatikanlah penggalan akhir ayat ke-36 dan ke-78. Allah menutup kedua cerita itu dengan berfirman,
إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya kami melihatmu termasuk orang-orang yang bijak.
Subhanallah, Yusuf dikenal bijak saat hidup susah di penjara, dan bijak pula saat hidup senang sebagai penguasa.
Kita?