Revitalisasi Monas mendadak dihentikan oleh Setneg. Goodbener Anies Baswedan nggak mau berkomentar. Para Cebong ngamuk-ngamuk, “Emangnya DKI negara bagian? Kan masih dalam NKRI. Emangnya Anies sudah tidak mengakui Jokowi sebagai presiden RI? Sombong amat!” Bukan cuma itu. Sejumlah menteri, anggota DRPD, petantang-petenteng menolak revitalisasi.
Anies tetap cuek saja. Biar anak buahnya yang ngurus bolak-balik ke Setneg. Singkat cerita, Setneg bilang, revitalisasi lanjutkan! Anies cuma senyam-senyum saja, tinggal para cebong bersungut-sungut, menjambak-jambak rambut, membanting piring, nyebur ke kolam, menghilangkan stress.
Ketika Setneg mendadak melarang formula E ditempatkan di Monas, para cebong seperti bangkit dari frustasi, seperti dikasih vitamin bayam ala Popeye. Ngamuk lagi, petantang-petenteng lagi kaya koboi belum mandi seminggu. Mereka pikir, Anies akan habis!
Anies anteng-anteng saja. Cuma bilang, lha proposalnya kan sudah ditetapkan tempatnya di monas. Lagi pula situs resmi Formula E sudah mengumumkan kalau Formula E Jakarta atau Jakarta E-Prix akan digelar di area Silang Monas.
Tapi nampaknya Anies malas berpolemik tanpa ujung dengan pemerintah pusat. Entah pura-pura entah serius, Anies beserta PT. Jakarta Propertindo selaku pengada dan desainer sirkuit Formula E Jakarta, mencari loaksi pengganti.
Kalau yang masih punya ruang kecerdasan sedikit di otaknya, kan mikirnya begini. Pembatalan monas akan bikin malu. Apa kata dunia? Indonesia bangsa yang gampang memulai dan gampang mengkahiri. Dampaknya, investor akan mikir kalau mau inpes tu mai kontri. Hari ini ngomong kedele, besok ngomong oncom.
Mendadak Setneg membatalkan qoul qodimnya, mengganti dengan qoul jadid. Formula E tetap di monas! Tentu saja para Cebong seperti tersambar petir di siang bolong. Tambah banyak piring pecah, tambah guci-guci. Kolam bertambah panas saja. Para Cebong berharap dan meratap ada vitamin baru dari istana yang akan bikin bahan baru buat menggoblok-goblokan Anies.
Kenapa Anies Nampak tenang menghadapi “serangan” pemerintah pusat? Seperti dia anteng-anteng saja ketika Jokowi sendirian pakai baju putih mendatangi waduk pluit, mondar-mandir sendirian dengan kedua tangan dilipat ke belakang seperti orang baya tuyul?
Anies tidak tersinggung apalagi merasa dilangkahi. Ketika wartawan bertanya pada petugas Waduk Pluit, pak presiden kasih solusi apa soal banjir?
“Seinget saya ndak (menyinggung soal banjir) ya. Karena tadi Pak Jokowi hanya mempertanyakan seputar masalah pompa dan air waduk. Jadi pompanya bagaimana, bagus. Saya sampaikan apa adanya,” kata Hengky Kurniawan di Rumah Pompa Waduk Pluit, Jalan Muara Baru Ujung, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (3/1/2020)
Anies memang nggak ngomong apa-apa. Tapi bisa dibayangkan, dalam hatinya bilang, tuh kan apa gue bilang…Tenang sajalah. Sebab Anies memang paham banget kelakuan pemerintah pusat luar dalam sampai ke usus-ususnya.
Para penghuni kolam memang ingatannya sependek ekornya. Mereka lupa, dulu Anies pernah jadi jubir tim kampanye Jokowi-JK. Ketua tim kampanyenya waktu itu Hasto Kristiyanto yang nampak ganteng kalau lagi nangis , yang belum lama ini kena diare.
Saking deketnya dengan Jokowi, orang menyangka Anies adalah ketua timses. Ucapannya yang paling terkenal sampai sekarang, orang baik memilih orang baik. Tidak ada satu kata pun ucapan Hasto sebagai ketua timses yang diingat orang. Ingat Hasto kalau nggak terbayang wajah orang nangis, ya meringis karena diare.
Setelah memenangkan pilpres, sambil menunggu dilantik, Jokowi-JK bikin tim transisi di rumah transisi di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, yang diibaratkan sebagai dapur pusat kepentingan nasional. Ketua timnya, Rini Soemarno. Dalam menjalankan tugas, Rini dibantu empat deputi, yaitu Anies Baswedan, Andi Wijayanto, Hasto Kristiyanto, dan Akbar Faisal.
Tugasnya, untuk mempersiapkan hal-hal strategis yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015. Selain itu, ada sejumlah agenda lain, seperti mempersiapkan konsep kelembagaan pemerintahan di bawah Jokowi-JK
Diantara ketua tim dan para deputi, Anies-lah yang sering diburu para pemburu berita soal perkembangan tim yang merancang penentuan nasib bangsa ke depan itu.
Pada saat pembentukan kabinet, Anies diperacaya oleh Jokowi menduduki jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sampai akhirnya dia dipecat dengan alasan yang masih misteri sampai sekarang.
Jadi, Anies bukan hanya paham luar dalam kelakuan pemerintah pusat. Boleh dibilang, sebagian pemikirannya diwariskan disana. Makanya kalau pemerintah pusat sok-sokan melarang ini itu, apalagi para pejabat-pejabat baru, Anies sudah tahu ke mana arahnya.
Kalau Setneg sok melarang Monas jadi tempat formula E, Anies santai saja. Pura-pura nyari tempat pengganti. Dan dalam hitungan hari Setneg nyerah juga. Boleh dibilang, pemerintah pusat yang sok galak dengan Anies malah mempermalukan dirinya sendiri.
Anies tahu persis lagu kebangsaan pemerintah pusat, lagu berjudul “Kegagalan Citra.”
Kau yang mulai kau yang mengakhiri
Kau yang berjanji kau yang mengingkari
Kalau tahu begini akhirnya
Tak mau duluku bermain citra
Wooo woooo woooowww…
(Balyanur, artikel diterima redaksi dari WAG)