Breaking News
Bunga tulip kuning - ilustrasi

Wahai Suami, Istri Itu Penuh dengan Misteri (Bag. 1)

Wahai Suami, Istri Itu Penuh dengan Misteri (Bag. 1)

 

thayyibah.com :: Suami hendaknya berusaha lebih peka dalam memahami istrinya

Berusaha Memahami Keinginan Istri

Di antara faktor penting kelanggengan rumah tangga adalah seorang suami yang mampu membaca keinginan dan maksud tersembunyi yang ditunjukkan oleh sang istri. Bisa jadi sang istri menginginkan A, namun kalimat yang terucap adalah B. Di waktu lain, dia sangat menginginkan B, namun yang diucapkan adalah kalimat C.

Seorang suami yang polos, yang belum mampu memahami seluk beluk wanita, tentu tidak berpikir panjang. Dan hanya menuruti apa yang tersurat diucapkan atau sikap yang ditunjukkan sang istri. Padahal, bukan itu yang dia inginkan. Di sinilah akhirnya timbullah masalah karena sang suami yang belum mampu membaca keinginan tersembunyi dari sang istri.

Kita pun menjumpai hal semacam ini dari kisah rumah tangga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama istri-istrinya.

Kisah Pertama

Kisah ibunda ‘Aisyah terkait dengan posisi Abu Bakar sebagai imam shalat

Diceritakan dari ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي مَرَضِهِ: «مُرُوا أَبَا بَكْرٍ يُصَلِّي بِالنَّاسِ» قَالَتْ عَائِشَةُ: قُلْتُ إِنَّ أَبَا بَكْرٍ إِذَا قَامَ فِي مَقَامِكَ لَمْ يُسْمِعِ النَّاسَ مِنَ البُكَاءِ، فَمُرْ عُمَرَ فَلْيُصَلِّ لِلنَّاسِ، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ لِحَفْصَةَ: قُولِي لَهُ: إِنَّ أَبَا بَكْرٍ إِذَا قَامَ فِي مَقَامِكَ لَمْ يُسْمِعِ النَّاسَ مِنَ البُكَاءِ، فَمُرْ عُمَرَ فَلْيُصَلِّ لِلنَّاسِ، فَفَعَلَتْ حَفْصَةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَهْ إِنَّكُنَّ لَأَنْتُنَّ صَوَاحِبُ يُوسُفَ، مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ لِلنَّاسِ» فَقَالَتْ حَفْصَةُ لِعَائِشَةَ: مَا كُنْتُ لِأُصِيبَ مِنْكِ خَيْرًا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata saat sakit menjelang wafatnya, “Suruhlah Abu Bakar untuk memimpin shalat orang-orang.” ‘Aisyah berkata, “Aku lalu berkata, “Jika Abu Bakar menggantikan posisi Engkau, maka suaranya tidak akan bisa didengar oleh orang-orang karena dia mudah menangis (ketika membaca Al-Qur’an, pent.). Sebaiknya, suruhah Umar untuk memimpin shalat orang-orang.”

‘Aisyah berkata, “Aku lalu sampaikan kepada Hafshah, “Katakanlah kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika Abu Bakar menggantikan posisi Engkau, maka suaranya tidak akan bisa didengar oleh orang-orang karena dia mudah menangis. Maka perintahkanlah ‘Umar untuk memimpin shalat orang-orang.”” Maka Hafshah pun melaksanakannya.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa asallam bersabda, “Celakalah kalian! Sungguh kalian ini seperti isteri-isterinya Yusuf. Suruhlah Abu Bakar untuk memimpin shalat orang-orang.”

Hafshah kemudian berkata kepada ‘Aisyah, “Sungguh aku tidak mendapatkan kebaikan darimu.” (HR. Bukhari no. 679)

Dalam hadits di atas, ibunda ‘Aisyah mengatakan suatu kalimat yang seolah-olah beliau menyarankan agar ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu saja yang menggantikan posisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai imam ketika beliau sakit, bukan Abu Bakar sebagaimana yang dikehendaki oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini adalah kalimat yang diucapkan ‘Aisyah. Akan tetapi, ada maksud tersembunyi dari perkataan ini. Maksud tersembunyi tersebut ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ceritakan sendiri di hadits yang lain,

لَقَدْ رَاجَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ذَلِكَ، وَمَا حَمَلَنِي عَلَى كَثْرَةِ مُرَاجَعَتِهِ إِلَّا أَنَّهُ لَمْ يَقَعْ فِي قَلْبِي: أَنْ يُحِبَّ النَّاسُ بَعْدَهُ رَجُلًا، قَامَ مَقَامَهُ أَبَدًا، وَلاَ كُنْتُ أُرَى أَنَّهُ لَنْ يَقُومَ أَحَدٌ مَقَامَهُ إِلَّا تَشَاءَمَ النَّاسُ بِهِ، فَأَرَدْتُ أَنْ يَعْدِلَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَبِي بَكْرٍ

“Aku selalu membantah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada yang mendorongku untuk selalu membantah beliau, kecuali karena aku cemas orang-orang belum menyukai seseorang (yaitu Abu Bakr, pen.) yang menggantikan kedudukan beliau sepeninggal beliau nanti. Aku khawatir tidak ada orang yang menggantikan beliau, kecuali orang-orang hanya akan merasa pesimis terhadapnya. Karena itulah, aku ingin agar Rasulullah segera memalingkan tugas itu dari Abu Bakr.” (HR. Bukhari no. 4445 dan Muslim no. 418)

Artinya, sebetulnya yang diinginkan oleh ‘Aisyah adalah agar orang-orang tau secara yakin bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam betul-betul menginginkan sahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu sebagai imam shalat, bukan orang lain.

Oleh karena itu, ‘Aisyah seolah-olah menyarankan agar ‘Umar saja yang menjadi imam. Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar menginginkan Abu Bakar, tentu Nabi akan menolak dengan keras saran ‘Aisyah tersebut, dan itulah sebetulnya yang diinginkan oleh ‘Aisyah. Yaitu agar manusia melihat bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar menginginkan Abu Bakar sebagai imam, bukan ‘Umar, bukan pula sahabat yang lainnya. Hal ini supaya manusia ridha Abu Bakar sebagai imam, karena hal itu adalah isyarat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam siapakah yang akan beliau kehendaki sebagai khalifah sepeninggal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

 

 

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

 

About A Halia