Oleh: Khumairoh Lathifah
Setelah puisinya yang menyinggung umat Islam tentang cadar dan kebaya, kini Sukmawati Sukarno Putri membuat ulah kembali dengan pernyataanya bahwa Sukarno lebih berjasa ketimbang Rasulallah Saw. Seperti dikutip oleh media, Sukmawati mengatakan:
“Sekarang saya mau tanya, yang berjuang di abad 20 itu nabi yang mulia Muhammad atau Insinyur Soekarno? Untuk kemerdekaan Indonesia?” tanya Sukmawati dalam diskusi bertajuk ‘Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme’, Senin (11/11/2019).
Statemen adik Megawati ini tentunya sangat menyakitkan kaum muslimin khususnya di Indonesia, dan seluruh kaum muslimin pada umumnya. Sangatlah tidak beradab ketika membandingkan Rasulullah Saw dengan jasa-jasanya dengan Sukarno.
Sukarno adalah pahlawan bangsa Indonesia. Ia berjasa dalam kemerdekaan republik Indonesia. Ia salah satu founding father dalam merumuskan dasar negara Indonesia. Bahkan ia dijuluki bapak proklamasi. Ini sedikit bukti tentang jasa Sukarno dalam membangun kemerdekaan Indonesia, bahkan masih banyak bukti lainnya.
Namun sangat tidak beradab, bahkan ceroboh, atau boleh dikatakan tidak faham (untuk tidak mengatakan bodoh), jika jasa Sukarno untuk Indonesia dibandingkan dengan jasa Rasulullah Saw yang bukan saja berjasa skala internasional, namun menjadi Rahmat seluruh alam. Bukan saja untuk manusia, namun seluruh makhluk yg ada.
Kita berlogika saja. Tentunya logika dengan akal seorang muslim yang Taslim pada sumber otorias Al-Qur’an dan Sunnah. Pertama, Rasulullah Saw diutus sebagai pembawa rahmat seluruh alam (wa ma arsalnaka illa rahmatanl lil ‘alamin).
Sebelum Rasulullah diutus, Arab adalah negara bangsa jahil yg barbar tanpa adab. Tuhan mereka adalah patung-patung, agama mereka syirik. Wanita hanya dijadikan budak pemuas nafsu, anak-anak wanita dikubur hidup-hidup karena merupakan simbol kerendahan. Perbudakan merajalela. Kemuliaan hanya pada laki-laki dan kekayaan. Fanatik kesukuan sangat diutamakan, sehingga peperangan antar suku tidak terelakan. Dan masih banyak kebiadaban lainnya yg tak cukup untuk ditulis.
Namun ketika Rasulullah diangkat menjadi Rasul. Manusia diajarkan pada agama yang menyelamatkan, agama yang mengajarkan ketauhidan. Agama yang mengandung nilai-nilai kemuliaan, yang siapa saja mengikuti ajaran tersebut serta merta menjadi manusia yang mulia. Wanita diangkat dan dilindungi kehormatanya, diposisikan mulia dan sangat bermartabat. Wanita bukan lagi pemuas nafsu laki-laki, namun partner dalam berumah tangga. Tugas mereka diringankan. Bahka ibadah mereka hanya melakukan kewajiban kepada Allah dan suaminya, sudah mampu membandingi ibadah laki-laki dengan segala ibadah wajib dan sunnah.
Kemuliaan berubah dari parameternya harta dan kasta menjadi ketakwaan (Inna akramakum indallahi atqakum). Manusia dihadapan sesama manusia sama. Hanya ketakwaan yang membedakan disisi Allah. Ini perubahan yang sangat mendasar. Dan hanya Islam yang memiliki nilai demikian. Sehingga perbudakan teranulir dengan sendirinya. Perpecahan antar suku tidak lagi terjadi. Persatuan terjalin diatas dasar Iman dan takwa.
Islam yang dibawa Rasulullah SAW menyebar ke bumi Nusantara dibawa oleh utusan-utusan dari Khalifah. Masyarakat Nusantara yang awalnya terkotak-kotak oleh suku dan kasta yang dibawa ajaran Hindu. Hilang dengan sendirinya dengan kedatangan Islam yang dibawa oleh dai-dai utusan Kholifah yang terkenal dengan Walisongo.
Ketika penjajah datang, mulai dari Portugis, Belanda sampai pasukan Sekutu. Sejarah membuktikan, mereka terusir dari bumi Nusantara oleh jasa-jasa pahlawan bangsa yang ternyata beragama Islam.
Hassanudin, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dhien, Pangeran Antasari adalah contoh Pahlawan Islam. Bahkan di akhir masa penjajahan, muncul pahalawan yang notabene adalah kaum muslimin. Yang sangat fenomenal Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dengan semangat Rasolusi Jihadnya, bisa membangkitkan jiwa perlawanan arek-arek Suroboyo yang terdiri dari masyarakat muslim dan santri, mampu mengusir penjajah sekutu.
Ternyata ruh semangat perlawanan para pahlawan merebut kerdekaan dijiwai oleh nilai-nilai Islam yang anti penjajahan dan perbudakan. Serta didasari ruh jihad fisabilillah melawan penjajah kafir yang wajib ain untuk disingkirkan dari bumi Nusantara. Tentunya ajaran Islam demikian ini tidak perlu dipertanyakan atas jasa siapa. Jika Sukmawati mengetahui, maka jawabnya ialah atas jasa Rasulullah SAW.
Bahkan tim perumus dasar negara Republik Indonesia yang terkenal dengan ‘the founding father’ yang didalamnya ada Sukarno, beberapa dari mereka adalah tokoh Islam semisal KH. Wahid Hasyim.
Sejarah diatas membuktikan bahwa, pada garis besarnya terusirnya penjajah dimuka bumi Nusantara adalah jasa umat Islam. Otomatis ini adalah jasa Rasulullah.
Maka, sangat picik dan bodoh jika hari ini ada orang membandingkan jasa Rasulullah di negeri tercinta ini dengan tokoh tokoh yang ada. Bahkan perlu diketahu, meski Sukarno seorang nasionalis sekuler, namun dia sangat mengagumi Rasulallah. Banyak sejarah mengisahkan pengagungan Sukarno terhadap Rasulullah yang tidak bisa diceritakan dalam tulisan ini.
Dan perlu diketahui Sukmawati. Kehidupan ini bukan saja di dunia namun hakikat hidup ialah di akhirat. Nanti diakhirat keselamatan kita, bergantung pada syafaatul udzhma Rasulallah. Tidak tergantung pada siapapun yang menjadi idolanya. Bahkan tidak terletak pada bapaknya yaitu Sukarno. Dengan catatan, jika Sukmawati meyakini i’tiqad ini. Wallahu a’lam bishawwab.