Oleh: Muhammad Pakde Riza
Pak Harto tidak bisa berbahsa Inggris. Anggapan tersebut ternyata sudah sejak lama beredar di masyarakat dan sepertinya ‘tampak benar’ dikarenakan dalam berbagai kesempatan berpidato di forum resmi yang dihadiri banyak kepala negara lain termasuk juga di sidang PBB, Pak Harto selalu berbahasa Indonesia. Ditambah lagi dengan hadirnya seorang penerjemah dalam setiap perbincangan Pak Harto terutama dengan tamu-tamu pentingnya dari berbagai negara asing.
Tidak/belum diketemukannya dokumentasi baik audio maupun video yang bisa dijadikan rujukan dimana Pak Harto pernah bertutur kata ataupun berpidato dalam bahasa Inggris semakin memperkuat keraguan publik mengenai kemampuan beliau dalam hal tersebut. Namun, dalam buku ‘Pak Harto, The Untold Stories’ by Mahpudi (Terbitan: PT Gramedia Pustaka Utama , 2012), beberapa orang dekat beliau yang menjadi narasumber justru memberikan kesaksian berbeda.
Menurut pengakuan Amoroso Katamsi, pemeran Mayjen Soeharto dalam film Pengkhianatan G-30-S/PKI yang juga adalah pensiunan dokter tentara TNI-AL dengan pangkat terakhir perwira tinggi bintang satu, guna mendalami perannya, ia melakukan observasi terlebih dahulu termasuk bertemu langsung dengan Pak Harto.
Pada suatu kesempatan, Amoroso mengikuti kegiatan Soeharto di peternakan Tapos, Bogor, untuk riset peran. Di sana Soeharto menjamu tamu-tamu dari Australia. Amoroso sangat kaget ketika Soeharto berbicara dengan bahasa Inggris yang sangat fasih saat mendampingi para tamunya.
Amoroso lantas bertanya pada Gufron Dwipayana, salah satu orang dekat Soeharto kala itu. ”Pak Dipo (sapaan G. Dwipayana) Kenapa Pak Harto selalu pakai bahasa Indonesia jika pidato (internasional)?”
Dipo mengaku pernah menanyakan hal tersebut. Soeharto menjawab ada dua alasan. Pertama, ia sangat menghargai bahasa Indonesia. Soeharto mencontohkan pemimpin Jepang dan Tiongkok yang bangga dengan bahasa mereka.
“Kedua, kalau berunding, kan mewakili bangsa, jangan sampai terjadi kesalahan karena akan berbahaya. Saya khawatir penguasaan bahasa Inggris saya untuk berunding atas nama bangsa kurang tepat. Jadi, lebih baik orang lain saja yang menerjemahkan omongan saya,” ujar Soeharto kepada Dipo.
Hal senada juga dituturkan oleh Widodo Sutiyo, orang yang selama 30 tahun bertugas sebagai penerjemah Pak Harto, menjadi mata keenam dalam pertemuan empat mata kepala negara. Berdasarkan catatannya (hlm.473), dia menuliskan, “Sebenarnya pada berbagai kesempatan yang resmi atau setengah resmi, Pak Harto berbicara langsung dengan para tamu asing dengan menggunakan bahasa Inggris yang lancar…”
(Diolah dari berbagai sumber)