Oleh: Setiardi Reborn
Ini Fabel di Hutan Wana Bahalang, hutan yang tak jauh dari Kerajaan Manusia Demit. Ini dongeng belaka.
Suatu pagi Sumba, Harimau Si Raja Hutan, mengumpulkan seluruh hewan penghuni WanaBahalang. Harimau akan menyampaikan pengumuman penting:
“Aummmmm, Aummmmm …. wahai seluruh rakyat penghuni Hutan WanaBahalang, dengarkan titahku ini.
Aku sudah anjangsana ke Kerajaan Manusia Demit, untuk menjajaki kemungkinan kita memasuki wilayah mereka. Ini diperlukan agar kelak bangsa hewan bisa menguasai Kerajaan Manusia Demit. Kita ekspansi.
Dan untuk itu, aku akan tinggal di kerajaan mereka sementara waktu. Aku akan menjadi Tuan Hulubalang Harimau yang bertaring tajam”.
Sorak sorai membuncah. Rakyat menari, bernyanyi. Dan satu per satu mengucapkan selamat kepada Sang Raja Hutan. Mereka memuji strategi brilian Harimau.
Jumbo, tetua kawanan gajah, bicara lantang: “Harimau, engkau raja kami yang jenius. Ahli strategi menguasai lawan.”
Kardun, tokoh senior monyet pohon, tak kalah atunsias. “Kita akan dapat konsesi lahan yang luas di kerajaan mereka,” ujarnya. Kwak… kwak… kwak…
Tiba-tiba, seekor kucing tua tampil di panggung. Dia bicara dengan pelantang alam:
“Duhai Paduka Raja Kami, ijinkan aku berbagi pengalaman. Dulu, dulu sekali, aku adalah seekor harimau seperti engkau. Aku termakan bujuk rayu Kerajaan Manusia Demit. Aku pergi ke kerajaan mereka, menjadi hulubalang harimau bertahun-tahun. Mereka beri aku makanan, dan para pembantu cantik. Entah mengapa, perlahan tubuhku mengecil, kemudian berubah menjadi seekor kucing. Aku ini kucing tua yang malang …”
Dan seisi hutan terdiam. Hening.