thayyibah.com :: Di antara yang dianjurkan untuk dilakukan ketika di hari kelahiran sang anak adalah berdoa kepada Allah Taala untuk memberikan perlindungan dari gangguan atau penyakit yang mungkin akan menimpa anak-anak kita [1].
Hal ini sebagaimana doa istri Imran ketika melahirkan Maryam alaihimassalaam,
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan. Dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu. Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari (gangguan) setan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran [3]: 36)
Doa di atas diucapkan oleh ibunya Maryam sesaat setelah lahirnya Maryam. Oleh karena itu, dianjurkan bagi sang bapak atau ibunya sendiri, sesaat setelah melahirkan anak atau mendengar berita kelahiran anaknya, untuk berdoa sebagaimana doa ibunya Maryam di atas. [2]
Di Antara Gangguan yang Sering Menimpa Anak-Anak adalah Penyakit Ain
Penyakit (gangguan ain) adalah penyakit yang timbul disebabkan oleh pandangan mata orang-orang yang hasad atau orang yang kagum kepada anak-anak kita. Penyakit ini tergolong penyakit non-medis karena memang ilmu kedokteran medis tidak mengenal jenis penyakit ini. Akan tetapi, penyakit ini adalah benar adanya, sebagaimana dijelaskan secara langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, seorang anak yang tertimpa penyakit ain, bisa jadi orang tuanya mendatangi banyak dokter, namun obat yang diberikan dokter-dokter tersebut tidaklah bermanfaat. Karena penyakit ini memang bukan gangguan yang sifatnya medis, namun disebabkan oleh jenis yang lain (non-medis) sehingga membutuhkan terapi (obat) yang lain pula (bukan obat-obatan medis), yaitu terapi ruqyah.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammemberikan keringanan kepada keluarga Hazm untuk meruqyah karena tergigit ular. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamkemudian bertanya kepada Asma binti Umais (istri Jafar bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu, pen.),
مَا لِي أَرَى أَجْسَامَ بَنِي أَخِي ضَارِعَةً تُصِيبُهُمُ الْحَاجَةُ
“Mengapa aku melihat fisik anak-anak saudaraku (yaitu anak-anak Ja’far, pen.) kurus kering (sangat lemah). Apakah kalian tertimpa kemiskinan (sehingga kurang gizi, pen.)?
Asma’ binti ‘Umais (sang ibu) berkata, “Bukan karena kemiskinan. Akan tetapi, mereka sangat sering terkena penyakit ‘ain.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
ارْقِيهِمْ
“Ruqyahlah mereka.”
Asma’ berkata,”Lalu aku tunjukkan (anak-anakku) kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
ارْقِيهِمْ
“Ruqyahlah mereka.” (HR. Muslim no. 2198)
Lihatlah, bagaimanakah penyakit ‘ain memberikan pengaruh kepada anak-anak dan menjadi sebab lemah dan kurusnya mereka.
Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat anak perempuan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha yang masih kecil yang kulit wajahnya cenderung menghitam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda,
اسْتَرْقُوا لَهَا، فَإِنَّ بِهَا النَّظْرَةَ
“Mintakanlah ruqyah untuknya. Karena dia terkena nadzarah (penyakit ain). (HR. Bukhari no. 5739 dan Muslim no. 2197)
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa anak-anak sangat rentan terkena gangguan ain. Di antara ciri-cirinya adalah anak menjadi kurus kering, lemah, seperti anak kurang gizi.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban orang tua untuk menghindarkan anak-anak kita dari gangguan ain, salah satunya misalnya- dengan berhati-hati memposting foto anak-anak kita di media sosial yang dapat menimbulkan pandangan mata, baik orang-orang yang hasad atau orang yang kagum dengan anak-anak kita, meskipun orang tersebut tidak berniat melakukannya [3].
Selain itu, juga dengan berdoa kepada Allah Taala agar anak-anak kita dihindarkan dari penyakit ain, sebagaimana doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hasan dan Husain. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ «أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ»
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa dengan doa perlindungan untuk Hasan dan Husain, ‘Aku berlindung kepada Allah untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua setan, binatang yang berbisa, dan pandangan mata yang jahat.’” (HR. Abu Dawud no. 4737. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)
Hadits-hadits di atas juga menunjukkan bahwa terapi untuk gangguan ‘ain adalah ruqyah [4].
Diselesaikan di pagi hari yang cerah, Rotterdam NL 25 Jumadil Akhir 1438
Penulis: Aditya Budiman dan M. Saifudin Hakim
Catatan kaki:
[1] Adapun hadits-hadits tentang adzan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri sang anak sesaat setelah dilahirkan, maka hadits-hadits tersebut adalah hadits yang dha’if (lemah).
[2] Hal ini tentunya kalau kita menguatkan pendapat ulama ushul fiqh bawa syariat umat terdahulu (sebelum umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah juga syariat bagi kita, selama tidak ada dalil dari syariat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menghapusnya.
[3] Keterangan selengkapnya dapat dibaca melalui tulisan sahabat kami, Ustadz Raehanul Bahraen di link berikut ini:
Artikel muslimah.or.id