Oleh : Muzdalifah Hamzah
Guru di negara maju, lebih khawatir jika muridnya tidak bisa antri ketimbang tidak bisa matematika.
Seorang guru di Australia pernah berkata :“Kami tidak terlalu khawatir anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”
Saya tanya, “Kenapa begitu ?”
Jawabnya :
- Karena kita hanya perlu melatih anak 3 bulan saja secara intensif untuk bisa matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran di balik proses mengantri.
- Karena tidak semua anak kelak menggunakan ilmu matematika, kecuali : tambah, kali, kurang dan bagi.
- Karena semua murid sekolah pasti lebih membutuhkan pelajaran Etika Moral dan ilmu berbagi dengan orang lain saat dewasa kelak.
”Apakah pelajaran penting di balik budaya mengantri ?”
”O, banyak sekali!”
- Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
- Anak belajar bersabar menunggu gilirannya jika ia mendapat antrian di tengah atau di belakang.
- Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal.
- Anak belajar disiplin, setara, tidak menyerobot hak orang lain.
- Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
- Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan berkomunikasi dengan orang lain di antrian.
- Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
- Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
- Anak belajar disiplin, teratur, dan menghargai orang lain
- Anak belajar memiliki rasa malu, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
Faktanya di Indonesia :
Banyak orang tua justru mengajari anaknya dalam masalah mengantri dan menunggu giliran, sebagai berikut :
- Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja!”
- Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata, ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.
- Ada orang tua yang memakai taktik/alasan agar dia/anaknya diberi jatah antrian terdepan, dengan alasan anaknya masih kecil, capek, rumahnya jauh, orang tak mampu, dan sebagainya.
- Ada orang tua, bahkan banyak yang marah-marah karena dia atau anaknya ditegur, gara-gara menyerobot antrian orang lain, lalu ngajak berkelahi.
Yuk, kita ajari anak-anak kita, kerabat dan saudara untuk belajar etika sosial, khususnya antri.
Ingat. Budaya suap dan korupsi juga dimulai dari ogah mengantri.