“Ta, kamu sudah mau berangkat?” Tanya Dina seorang teman kosnya.
“Iya din, sudah telat. Aku berangkat dulu ya. Assalamuallaikum.” Sambil tergesa-gesa membawa buku dan sekotak nasi yang telah dia siapkan.
“Hati-hati ya, wa’allaikumsalam.” Teriak Nadin, dan Dina dari dalam kamar.
Baru saja ketika dia keluar, di depan pintu kos, telah ada seseorang laki-laki yang sedang berdiri, menunggunya di depan.
“Assalamuallaikum Meta.” Salam Riko, sambil tersenyum.
“Wa’allaikumsalam. Kak Riko ada apa pagi seperti ini sudah disini?”
“Aku tadi kebetulan lewat, karena ingat kamu hari ini juga ada jadwal kekampus pagi, jadi aku bermaksud mengajak kamu berangkat bersama. Bagaimana?” Dengan nada malu Riko menungkapkan maksudnya itu.
“Maaf Kak, bukan Meta menolak, hanya saja Meta sedang ada urusan, tidak langsung kekampus.” Jawabnya dengan sopan.
“Aku bisa antar kok sekalian. Memang urusannya dimana?”
“Tidak perlu repot-repot kak. Terimakasih kak Riko sudah bermaksud baik, hanya saja urusanku ini privasi. Maaf sekali kak.” Jawabnya dengan nada menolak sopan.
“Iya deh, kamu hati-hati di jalan.” Nada kecewa Riko yang memang sudah sengaja menunggu Meta agar mampu berangkat ke kampus bersama.
Riko memang telah lama menyukai Meta, mungkin karena Meta berbeda dengan wanita yang selama ini dia temui. Riko selalu berhasil membuat semua perempuan memuja dirinya. Pesona Riko mampu meluluhkan hati banyak wanita. Namun pada Meta semua itu tidak berlaku. Setiap hari Riko selalu berusaha untuk mendekati Meta dengan segala alasan, tapi setiap kali itu juga Riko ditolak oleh Meta. Namun itu bukan membuat Riko lantas mundur dan pupus harapan justru Riko semakin penasaran dengan Meta.
Dalam perjalanan Meta menuju kampus, dia berhenti didepan pintu gerbang kampus dan menghampiri seorang perempuan tua yang sedang duduk disana. dengan pakaian serba adanya nenek itu duduk sambil mengatungkan tangannya pada setiap orang yang lewat didepannya.
“Assalamuallaikum nek. Bagaimana kabar nenek hari ini? Nek, saya tadi buat nasi goreng dan ini masih ada untuk nenek, semoga nenek suka.” Katanya sambil tersenyum.
“Kok repot-repot bawakan makanan buat nenek, makasih ya nak. Pasti nenek makan.”
“Tidak repot kok nek. Semoga nenek suka. Saya permisi dulu ya nek, mau kuliah. Assalamuallaikum” sambil mencium tangan nenek itu.
Meta mengambil langkah panjang menuju kampus. Tanpa dia sadar Riko telah memperhatikan semua tindakan Meta. Riko yang dari depan kos Meta telah mengikutinya dari belakang semakin terpukau dengan tindakan Meta yang dilihatnya. Riko semakin tertarik kepada Meta.
Meta memang gadis yang cerdas, sopan dan budi pengertinya luhur. Tidak salah jika banyak orang menyukai Meta. Sebenarnya tidak hanya Riko yang telah mencoba untuk mendekati Meta tapi sudah beberapa lelaki, ada juga yang sudah menyatakan kesiapannya untuk meminang Meta. Namun tampaknya hati Meta memang telah memiliki seorang imam idaman.
Waktu semakin siang dan Riko telah bersiap didepan pintu untuk menunggu Meta yang keluar dari kelas.
“Assalamuallaikum Meta.”
“Wa’allaikumsalam kak Riko. Ada apa ya kak?”
“Kamu mau pulang sekarang? Bagaimana kalau pulang bersama aku? Kita makan dulu sebelum pulang? Aku ingin bicara sesuatu dengan kamu ta.”
“Maaf kak sebelumnya tapi ingin bicara tentang apa ya kak?”
“Aku tidak bisa bicara disini ta. Bagaimana kalau kita bicara sambil duduk ditaman belakang saja atau dikantin saja?”
“Maaf kak bukan Meta tidak menghargai ajakan kak Riko hanya saja Meta tidak bisa. Lagipula tidak enak juga kalo kita hanya berdua.” Katanya sambil tersenyum.
“Ditaman atau di kantinkan tempat umum ta, bukan cuma kita berdua yang ada disitu. Bagaimana kalau kita ngobrol dikantin saja sambil makan.”
“Kantin memang tempat umum kak, tapi ketika kak Riko ingin mengajak Meta untuk duduk bersama sebaiknya ajak juga satu orang yang bisa mengawasi kita kak.” Sambil tersenyum manis kepada Riko.
“Tapi ta, ini penting tidak bisa jika ada orang lain.”
“maaf kak, bukan maksud Meta mempersulit kak Riko yang ingin mengajak Meta ngobrol tapi Meta lebih takut Allah marah kak. Jika memang ada hal yang sangat penting bisa kak Riko sampaikan sekarang saja disini kak.” Sambil menatap kebawah.
“Tapi ta..”
“Silahkan kak Riko bicara disini jika tidak Meta akan ijin pulang terlebih dahulu kak.”
“Iya disini saja tidak apa, walaupun sebenaranya tempat ini tidak cocok untuk membicarakan hal pribadi seperti ini. Jadi begini ta, kamu juga pasti tahu bahwa sudah lama aku menyukai kamu. sudah lama aku mengagumi kamu ta, begitu mengagumi sampai aku tidak sadar dan tidak dapat untuk membedakan antara kagum atau rasa sayang. Aku tidak pernah sebelumnya merasakan perasaan seperti ini ta, rasanya sulit untuk diungkapkan. Setiap malam Cuma bayangan kamu yang terus aku pikirkan. Bahkan untuk mengatakan kepada kamu saja bagaimana perasaanku begitu sulit. Aku… Aku ingin mengatakan, mau tidak jika kamu jadi pacar ku?”
Seketika Meta tersentak, dia hanya diam. Untuk pertama kalinya Meta kaget mendengarkan ada seorang pria yang mengatakan perasaannya kepada Meta. Selama ini memang banyak laki-laki yang mencoba mendekati Meta, mengungkapkan perasaan kepada Meta namun belum ada laki-laki yang dengan beraninya mengatakan perasaannya langsung kedepan Meta seperti hari ini.
“Maaf kak sebelumnya, Meta tidak mengerti apa maksud kak Riko?”
“Masak kamu tidak mengerti ta, seperti yang kamu tahu, sudah lama aku menyukai dan mengamati kamu semenjak pertama kali aku bertemu dengan kamu. Aku telah merasa ada yang berbeda denganmu. Aku benar-benar serius dengan kamu ta.”
“Maaf kak bukan Meta berniat menyakiti hati kak Riko atau Meta lancang menolak kak Riko, hanya saja Meta tidak bisa kak.”
“Kenapa ta? Apa aku tidak pantas bersanding dengan kamu? Atau aku kurang tampan untuk kamu? Atau kurang kaya ta menurut kamu? atau apa ta?”
“Bukan seperti itu kak, Meta tidak pernah melihat seseorang karena tampan atau kaya. Karena bukan kaya atau tampan kak yang akan membawa Meta ke surga.”
“lantas apa ta?”
“Meta memang tidak berniat untuk pacaran kak. Karena menurut islam sendiri memang tidak ada yang namanya pacaran kak, yang ada dalam islam adalah ta’aruf. Jika memang seorang laki-laki telah menyatakan keseriusannya kepada seorang wanita maka akan jauh lebih baik jika mereka berdua dita’aruf untuk menghindari hal yang memang tidak diinginkan, itu juga dimaksudkan untuk menghindarkan dari fitnah.“
“Hah? Ta.. Ta’aruf?” Nadanya bingung.
Sambil tersenyum dia menjelaskan.”Ta’aruf itu jalan untuk mengenali seorang wanita dengan aturan-aturan didalamnya. Cara perkenalan itu dilakukan dengan meminta bantuan seorang perantara yaitu dari pihak wanita misalnya ayah, kakak laki-laki atau adik laki-laki dari si wanita.”
“Tapi ta apakah untuk saling mengenal saja harus begitu sulit? Kini jaman sudah begitu maju ta, ini bukan lagi jaman ketika antara laki-laki dan perempuan dibatasi oleh aturan, kita bukan juga hidup didaerah pesantren ta. Strata antara laki-laki dan perempuan kini telah seimbang. Islam sudah begitu berkembang. Pacaran secara sehat menurutku sama saja seperti ta’aruf yang kamu maksud itu.”
“Pacaran secara sehat itu seperti apa kak? Apakah kak Riko mampu menmpu menjamin untuk menghindari semua hal yang biasa dilakukan dalam pacaran? Apa kak Riko bisa menghindari setan ikut campur dalam urusan dua orang yang terikat dalam hubungan yang dikatakan dengan pacaran?” Sambil tersenyum Meta mulai membuka pandangan Riko.
Riko hanya terdiam bingung.
“Menurut Meta dari awal memang islam sudah modern dan perkembangannya sudah begitu sempurna diatur dalam Al-Qu’ran. Semua aturan sudah terterang begitu jelas kak. Seorang wanita begitu telah dimuliakan oleh Allah, begitu dijaga harkat dan martabatnya dan untuk menjaga itu Allah menjaganya dengan jalan ta’aruf ini. Lagipula tidak ada seorang pun yang mampu mencegah setan masuk diantara hubungan laki-laki dan perempuan bahkan jika keduanya hanya berbincang seperti ini. Siapa yang mampu menjamin bahwa dalam pacaran tidak akan melakukan hal apapun yang dibenci Allah? Jika memang sudah berniat untuk saling mengenal secara serius dan membina hubungan yang lebih matang jalannya adalah ta’aruf bukan pacaran, itu yang Meta yakini. Sekali lagi Meta minta maaf kak.” Sambil mengambil langkah pergi.
Riko hanya terpaku melihat Meta yang telah mengambil langkah pergi. Semalaman Riko terus memikirkan apa yang sudah disampaikan oleh Meta kepada dirinya.
“Masih ada saja di jaman seperti sekarang orang yang begitu menjaga dirinya seperti dia. Tidak salah memang aku telah memilihnya sebagai pelabuhan hatiku. Memang benar apa yang telah disampaikan oleh Meta. Dia bukan seorang yang baik untuk dijadikan pacar tapi dia lebih baik dijadikan sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anakku kelak. Perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik.”
Semenjak hari itu Riko berjanji pada dirinya untuk berusaha menjadikan dirinya sosok yang pantas bersanding dengan Meta.
Setelah kejadian itu Riko mulai berfikir untuk mencari jati dirinya dan memutuskan untuk sementara waktu pergi mencari ketenangan.
“Meta” teriakan Dina memangil.
“Ada apa din?”
“Ini ada surat titipan dari Riko buat kamu.”
“Surat apa din?”
“Tidak tau, kamu baca aja sendiri. Tadi dia cuma titip surat ini sambil pamit katanya mau pergi.”
“Terimakasih din.” Sambil membuka surat itu.
“Assalamuallaikum Meta. Mungkin ketika kamu menerima surat ini aku sudah pergi. Semester ini kuliahku juga sudah selesai. Jujur aku malu ingin bertemu dengan kamu, bahkan untuk menghubungi kamu lewat telpon atau sms pun aku merasa malu, untuk itu aku menulis surat ini. Aku pergi untuk sementara karena ingin mencari jati diri ta, aku ingin membuat diriku layak bersanding dengan kamu. Aku ingin berubah menjadi laki-laki yang pantas dimata Allah untuk menjadi imammu. Terimakasih ta, kata-katamu sudah benar-benar membuka hatiku. Banyak hal yang harus aku perbaiki dalam diriku. Kamu benar memang tidak sepantasnya aku memintamu untuk menjadi pacarku jika memang aku mencintai kamu. aku akan kembali ta. Jodoh tidak akan pernah mampu lari jauh walaupun dia dipisahkan oleh jarak dan waktu. Jika memang kita berjodoh kelak kita akan bertemu diwaktu yang tepat ta. Semoga ketika aku kembali kamu masih menunggu aku. Waalaikumsalam.”
“Amin. Semoga kamu bisa menjadi lebih baik kak. Aku selalu berdoa untuk kebaikkan mu.” Doanya dalam hati sambil tersenyum lega mendengar kabar baik itu.
“Kenapa kamu ta, senyum-senyum sendiri?” Tiba-tiba Nadin muncul di jendela kamarnya sambil tertawa menggoda Meta.
“Hmm.. Ta aku pinjam kerudung donk soalnya kerudungku masih di laundri.
“Masuk deh. Memangnya mau kemana kamu?”
“Aku mau keluar sama Viky nanti sore.” Katanya sambil tersenyum malu.
“Viky? Kamu beberapa minggu ini rajin sekali din keluar sama dia? Hati-hati din, aku cuma khawatir sama kamu, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk dengan kamu. Aku lihat Viky dikampus tidak begitu baik sikapnya, dia sering mengoda wanita-wanita dikampus. Aku harap kamu bisa jaga diri dan jangan sampai salah memilih teman.”
“Iya ta, aku tahu kok tapi dia berjanji akan berubah ta. Dia bilang ingin serius dengan ku.”
“Apa maksud kamu dengan serius?” Tanyanya bingung.
“Maaf ya ta, kalau aku belum cerita sebenarnya aku sudah pacaran dengan dia satu minggu ini. Aku tidak bilang sama kamu karena aku takut kamu bakal marah. Maaf sekali ta, tapi aku janji tidak akan melakukan hal apapun yang memang tidak seharusnya dilakukan. Janji! Kamu jangan khawatir, aku akan baik-baik saja.” Katanya sambil meyakinkan.
“Aku hanya berharap kamu bisa jaga diri din. Aku sudah berkali-kali melarang tapi hasilnya kamu justru marah dan mogog ngomong sama aku. Harapanku hanya kamu bisa jaga dirimu baik-baik.”
“Siap Meta, aku pasti akan jaga diri.” Sambil mengambil baju.
Satu jam berlalu. Tiba-tiba terdengar teriakan dari luar.
“Nadin… Vika… Ditunggu orang diluar.”
“Iya sebentar teriak mereka dari dalam kamar.”
Vika adalah seorang teman kos juga. Dulu Vika juga begitu dekat dengan mereka berempat, hanya saja semakin lama Vika semakin sibuk dan mulai menjauh dari mereka, bahkan anak kos yang lain. Vika terlalu sering pergi, sehingga jarang terdengar kabarnya dikos.”
“Assalamuallaikum. Berangkat dulu ya.” Teriak mereka berdua secara bersama-bersama.
“Wa’allaikumsalam. Hati-hati din, vit.” Jawab salam dari Meta dan Vita yang sedang didalam kamar.
Baru saja nadin dan vita keluar dari pintu kos, terdengar suara langkah kaki yang begitu cepat dari luar kamar. Tiba-tiba datang Dina dengan heboh masuk kedalam kamar.
“Kalian tahu tidak Vita tadi pagi habis dimarahin ibu kos soalnya semalem dia habis pulang malem lagi. Kemarin itu aku lihat dia berangkat sama cowok yang sering jemput dia itu. Baru tadi pagi dimarahin ibu, sekarang sudah keluar lagi. Itu anak hampir setiap hari keluar sama cowok itu. Pacaran mulu.”
“Hei dilarang hibah, siapa tahu dia pulang malam karena memang ada urusan yang sangat penting dan laki-laki yang sering menjemput itu temannya atau saudaranya.” Sahut Meta.
“ Nggak tahu ini orang kok ngosip mulu kerjaannya.”
“Ya maaf, tapi kan bukan gosip itu fakta kali.”
“Sudah-sudah daripada kita nambah dosa, bagaimana kalau kita sekarang cari makan. Soalnya tugasku masih numpuk banget, jadi semakin cepat makan, semakin cepat aku menyelesaikan tugas-tugasku ini.” Kata Vita dengan berdiri mengajak mereka makan.
“Ayo deh.” Sahut Meta.
Mereka berangkat untuk mencari makan. Beberapa menit kemudian mereka pulang dengan membawa beberapa bungkus makanan dan snack untuk menemani mereka mengerjakan tugas. Mereka memang sudah biasa makan dan mengerjakan tugas bersama di salah satu kamar.
Waktu menunjukkan semakin larut malam namun Nadin belum juga pulang.
“Vit, sudah malam kok Nadin belum pulang ya?” Tanya Meta.
“Iya sih, coba aku telfon dulu, kamu sms dia ya!” Sambil mereka berdua sibuk dengan handphonenya untuk menghubungi Nadin.
“Nomernya tidak aktif ta.” Kata Vita sambil khawatir.
“Iya. Dina mana? Apa kita keluar cari Nadin ya? Aku takut ada apa-apa sama dia.”
“Kenapa cari aku?”
“Nadin belum pulang. Bagaimana kalau kita keluar cari Nadin?”
“Ya sudah ayo, kalian siap-siap, biar aku minta kunci sama ijin ke ibu.”
Mereka bertiga berkeliling mencari Nadin. Hampir satu jam mereka mencari Nadin namun belum juga ketemu.
“Vit, vit berhenti, itu Nadin bukan sih?”
“Mana ta? Itu, coba berhenti.” Sambil berhenti. Kemudian Meta dan Dina segera berjalan menuju ke arah seorang wanita sedang duduk sambil menangis. Karena merasa yakin bahwa itu Nadin, mereka bertiga berlari menuju ke arah wanita itu duduk.
“Nadin? Nad, kenapa kamu nangis disini? Kami itu khawatir sama kamu.”
“Ayo kita pulang sekarang saja, nanti dikos baru dijelaskan.”
Sampai dikos mereka menenagkan Nadin yang terus menangis.
“Ini nad minum dulu. Jangan nangis terus, coba ngomong ada apa?” Sambil memberikan segelas air putih kepada Nadin.
“Ta, kamu benar Viky itu cowok kurang ajar ta.” Sambil terus menangis.
“Ada apa nad? Coba cerita pelan-pelan jangan nangis, tenang.”
“Dia ta, dia tadi berlaku kurang ajar sama aku. Dia mau berbuat macam-macam sama aku.” Sambil semakin menangis tersedak-sedak.
“Tapi kamu tidak apa kan? Kurang ajar sekali itu orang. Awas aja, kita buat perhitungan besok sama dia!” Nada marah Vita.
“Sudah, tenang. Vita juga, kita tidak perlu kita turun tangan. Yang penting Nadin baik-baik saja sekarang. Ini jadi pelajaran buat kamu, buat kita semua untuk lebih hati-hati. Allah kali ini masih sayang sama kamu nad. Jangan buat Allah kecewa lagi dengan sikap kamu! Sekarang lebih baik kamu sholat, kemudian istirahat. Sudah tidak apa, tenangkan dirimu.”
Pagi menjelang dengan matahari bersinar terang menyilaukan. Tiba-tiba Dina berteriak keras dari luar.
“Meta, Nadin, Vita, bangun sekarng cepat! cepat!” Pangilnya sambil mengetuk pintu setiap kamar keras.
“Ada apa sih?” Jawab Vita, Nadin dan Meta sambil membuka pintu, berjalan menuju kamar Dina dengan sempoyongan.
“Bangun! Vika.. Vika hamil!” Seketika Vita, Meta dan Nadin yang masih terlihat mengantuk tersentak kaget. Rasa kantuk serasa hilang.
“Astafirullah. Kamu dapat kabar seperti itu darimana? Gosip itu!” Sahut Meta.
“Gosip apa? Ibu tadi pagi nemuin testpek di kamar mandi. Setelah ditanya ternyata punya Vika. Dia nangis-nangis tadi waktu ditanya ibu.”
“Terus dia bagaimana sekarang? Dia dimana?” Tanya Vita.
“Dia tadi dipangil abah.” Sambil mereka tercengang serasa tidak percaya.
Tiba-tiba Nadin memeluk Meta, Vita dan Dina.
“Aku benar-benar bersyukur ada kalian. Untung saja aku tidak sampai seperti itu. Terimakasih untuk selalu mengingatkan aku. Maaf untuk semua sikapku selama ini.”
“Akhirnya kamu mengertikan? Itu sebabnya Allah melarang pacaran dan memberikan jalan ta’aruf untuk saling mengenal antara pria dan wanita. Betapa Allah menyayangi kita dan memuliakan kita sebagai wanita untuk dijaga. Mau seperti apapun dikatakan pacaran sehat dan laki-laki yang dekat itu baik, tidak akan ada seorang pun yang mampu menjamin bahwa tidak akan ada setan yang ikut campur. Lagipula jika memang laki-laki itu mempunyai itikat baik kepada seorang wanita maka laki-laki itu akan memuliakan wanita dengan menjaga hubungannya lewat ta’aruf bukan malah mengajak pacaran. Ini menjadi pelajaran untuk kita semua. Kalian mengertikan sekarang maksudku? Bukan aku tidak senang jika kalian senang tapi aku hanya menjaga kalian. Bukan juga aku yang sok melarang kalian, itu semua adalah cara Allah untuk menjaga kita sebagai wanita.”
Satu tahun berlalu setelah Riko pergi. semenjak hari itu banyak hal tidak sama lagi dari Meta, banyak hal berubah dan mulai dipahami. Seperti halnya hati Meta, yang tidak dengan mudah bisa dimengerti dan dipahami. Meta terus menunggu Riko kembali seperti yang Riko telah minta.
“Assalamuallaikum Meta.” Salam dari seorang laki-laki yang tiba-tiba berdiri didepan kos Meta”
“Wa’allaikumsalam. Kak Riko?” Dengan wajah kaget melihat Riko didepan kos.
“Iya ta, aku Riko.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Kamu mau ke kampus? Mau aku antar naik motor?” Tanyanya sambil tersenyum.
“Meta bisa jalan saja kak.”
“Wanita ini masih sama, masih begitu menjaga martabatnya dan begitu takut jika Allah marah kepadanya. Betapa dia wanita yang istimewa. Berarti aku memang tidak salah menempatkan hatiku untuk mencintainya. Ya Allah jika memang dia diperkenankan sebagai makmum yang menata keluarga ku kelak maka lancarkanlah jalanku untuk menuju hatinya tanpa mengurangi sedikit pun porsi untukmu kepadaku. Jika dia memang tulang rusuk yang diciptakan dari bagian tubuhku maka jagalah dia, hatinya dan pandangannya ya Allah, selama memang waktu belum tepat untukku menjadi imamnya. Begitu pula kepadaku. Dan jika memang saat ini takdir telah menempatkan waktu yang tepat antara diriku dan dia biarkan kami menjadi satu dalam sebuah ikatan yang halal. Sehingga mudah kan jalan kami berdua dalam mencapai kebaikan. Amin.” Doanya dalam hati.
“Aku kembali ta, menepati semua janjiku ke kamu.”
“Alhamdulillah.” diucapkan dari dalam hati Meta.
Meta benar-benar terlihat senang melihat Riko telah benar-benar berubah. dari awal hati Meta telah memilih Riko sebagaimana hati Riko memilih Meta. Kini takdir benar-benar menunjukkan waktunya yang tepat. Satu tahun penantian yang bukan panjang dan bukan pula sebuah penantian singkat.
“Aku tahu ta. Ta, aku kesini hanya ingin bilang bahwa aku telah menemui ayahmu bersama orang tuaku. Aku telah menepati janjiku.” Katanya sambil tersenyum.
Meta pun membalas senyum manis itu dengan sebuah tatapan malu dan bahagia. Meta adalah bagian takdir yang telah digariskan kepada Riko untuk menjadikan hidupnya berkah dan sempurna. Mereka diciptakan untuk hatinya saling menyatu, pandangannya saling menjaga dan diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain. Saling memiliki ikatan jodoh, bertemu dalam suatu ikatan halal yang dikatakan pernikahan. Dijadikan makmum lah Meta bagi Riko. Cinta yang indah dengan sebuah penantian berbuah manis diakhir kisahnya. Pada akhirnya Riko dan Meta memperkuat hubungan mereka dengan ta’aruf yang menjaga hubungan tanpa dipengaruhi setan dan memuliakan seorang wanita. Ta’aruf ini berjalan 3 bulan dan akhirnya mereka menikah setelah Riko memegang toga. Ta’aruf tersenyum pada penantiannya. Bukan nafsu yang berbicara pada cinta yang nyata tapi ikhlas dan tawakallah yang membawa cinta pada surga.
Cinta sempurna bukan dari pasangan yang sempurna, tapi cinta sempurna datang dari pasangan yang mampu melengkapi dalam sebuah cerita yang indah untuk di bawa menuju surga. Cinta tidak pernah diciptakan sempurna, tapi cinta selalu ditakdirkan untuk menjadi sempurna. Bukan cinta yang memberi alasan tapi alasan yang memberikan cinta. Bukan masalah ketika kita bertahan untuk sebuah cinta, tapi bukan hanya cinta kepada sesama manusia yang lebih diutamakan. Cinta bukan hanya sekedar mencari rasa, atau kebahagiaan sesaat, tapi cinta harus memberikan kebahagiaan sempurna sampai mencapai surga. Tidak pernah salah ketika kita mencintai sesama manusia, lawan jenis kita, karena itu adalah fitrah dalam diri setiap manusia, yang salah adalah ketika kita mencintai manusia melebihi kita mencintai sang pencipta kita dan membiarkan Allah cemburu karenanya.
Oleh: Norma Hidayah