Oleh: Jazuli Juwaini
Bakar Ash-Shiddiq
Diriwayatkan beliau memiliki 9 buah toko dan kekayaan sebesar 40.000 dirham. Seandainya di konversi ke rupiah saat ini mencapai Rp 19 Milyar. Yang lebih luar biasa, ternyata semuanya disumbangkan untuk kepentingan dakwah Rasulullah
Umar bin Khottob
Ketika beliau wafat meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.0000 ladang yang rata-rata harga ladangnya sebesar Rp 160 juta (perkiraan konversi ke IDR). Berarti Umar bin Khottob meninggalkan warisan sebanyak Rp. 11,2 triliun. Setiap tahun rata-rata ladang pertanian tersebut menghasilkan Rp 40 juta. Yang berarti beliau mendapatkan penghasilan Rp. 2,8 triliun setiap tahun atau bisa dikatakan penghasilan beliau sebesar 233 miliar per bulannya. Kedermawanan umar tercatat beliau pernah menyumbangkan separuh hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah.
Utsman bin Affan
Beliau membeli Sumur Raumah yang menjadi sumber air minum penduduk Madinah dari seorang pedagang Yahudi senilai 12.000 dirham atau berkisar Rp. 5,7 milyar saat ini. Beliau mensedekahkan sumur tersebut kepada penduduk Madinah. Sebuah catatan sejarah di wilayah Hijaz, ketika masa Kekhalifahan Abu Bakar wilayah tersebut terancam kelaparan. Ustman mengirimkan kafilah dagangnya berupa 1000 ekor unta lengkap dengan muatan gandum dan bahan makanan yang apabila di total mencapai 500 ton gandum dan bahan makanan lainnya.
Adurrahman bin ‘Auf
Sebelum meninggal beliau mewariskan 50 ribu dinar (110 miliar) untuk kepentingan jihad dijalan Allah, 400 Dinar (Rp 880 juta) per orang untuk para veteran Perang Badar yang jumlahnya tak kurang dari 100 orang, berarti total 88 Miliar. Meninggalkan 1000 ekor unta, 100 ekor kuda, serta 3000 ekor kambing. Masing-masing istrinya pun mendapat warisan 80.000 dinar atau Rp 176 miliar. Padahal istrinya hanya mendapat bagian 1/4 dari 1/8 warisan, karena masih mempunyai anak. Adurrahman pun sangat mengerti konsep ‘passive income’. Kendatipun ia berbisnis, ia tetap bisa ikut aktif berperang. Beliau pernah menjual tanahnya 40 ribu Dinar (88 Miliar) untuk dibagikan kepada Bani Zuhrah, Ummul Mukminin dan fakir miskin. Ia juga pernah menyumbangkan 500 kuda perang. Dalam satu pertemuan, Abdurrahman bin Auf berinfaq 40 ribu Dinar setara dengan 88 Miliar. Pernah pula suatu ketika menyumbangkan seluruh dagangannya kepada penduduk Madinah yang diangkut oleh 700 unta yang membuat ‘kemacetan’ di kota tersebut. Selain itu beliau tercatat baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi sebesar 40 ribu Dirham (88 miliar), 200 uqiyah emas (24 miliar), 500 ekor kuda dan 1500 ekor unta.
Dan masih banyak sahabat serta tabi’in yang kaya dan dermawan lainnya seperti : Zubair ibnu Awwam, Imam Hasan Al Bashri, Imam Al-Laits bin Sa’ad, Abu Hanifah, dll. Namun kini, mencari sosok Muslim sejati kaya dan memiliki kedermawanan sangat tinggi seperti mereka hampir sulit untuk ditemui.
Kita tengok Soiciro Honda, Matsushita, Bill Gates, Warren Buffet. Mereka diantaranya adalah filantropi nonmuslim abad ini. Kesemuanya adalah kaya dan dermawan. Jumlahnya bukan lagi jutaan dolar namun sudah milyaran dollar.
Tahun 2006, Warren Buffet mendonasikan 10 juta sahamnya di Berkshire senilai USD 30,7 miliar kepada Gates Foundation. Ini merupakan sumbanga terbesar dalam sejarah AS. Buffet mengungkap sekitar 20% sahamnya di Berkshire Hathaway, termasuk saham mendiang istrinya Susan telah didistribusikan ke lembaga amal.
Matsushita juga pernah tercatat menyumbang 291 juta Dollar dari kekayaan pribadinya dan 99 juta dollar dari kas perusahaan untuk sosial.
Bill Gates, salah satu pemegang rekor orang terkaya di dunia beserta istrinya Mellinda Gates menyumbangkan dananya kepada Yayasan Penderita AIDS dan orang-orang miskin diseluruh dunia lebih dari USD 28 miliar atau sebesar Rp 254, 38 triliun. Sejak yayasan ini didirikan tahun 1994 tercatat yayasan tersebut telah menyalurkan USD 22 miliar atau Rp 199,87 triliun untuk peningkatan kesehatan di negara miskin dan meningkatkan akses bagi warga dunia untuk meraih kesuksesan.
Umat Islam wajib ‘ngiri’ dengan para filantropi nonmuslim tersebut. Dengan tulisan ini terbersit harapan agar terinspirasi dan bersemangat menjemput rizki Allah yang terbentang luas di langit dan di bumi.
“Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan sholat” Maka para sahabat bertanya : “Apakah yang dapat menghapuskannya, wahai Rosululloh?” Beliau menjawab : “Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhori)