Seseorang bilang kepada Buya Hamka Bahwa “Pelacur di Arab itu memakai cadar dan hijab” . Jawaban Buya Hamka ini tak terduga! Buya HAMKA menjawab, “Oh ya? Saya barusan dari Los Angeles dan New York, Masya Allah, ternyata disana tidak ada pelacur,” jawab Buya.
“Ah mana mungkin Buya, di Mekkah saja ada kok. Apalagi di Amerika, pasti banyak lagi,” kata orang itu
Maka kata Buya Hamka, “Kita ini memang hanya akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari. Meskipun kita ke Mekkah, tetapi jika yang diburu oleh hati adalah hal-hal yang buruk, maka syaitan dari golongan jin dan manusia akan berusaha membantu kita untuk mendapatkannya. Tetapi sebaliknya, sejauh perjalanan ke New York, Los Angeles, bila yang dicari adalah kebajikan dan kebaikan, maka segala kejelekan akan bersembunyi dan enggan bertemu kita” tutupnya.
——————–
Beberapa bulan yang lalu istri saya melakukan pelanggaran yang cukup fatal yang tanpa dia sadari itu sangat merugikan dirinya dan anak-anaknya, walau belum sampai terjerumus kepada Dosa Besar, baru nyaris. Sebagai suami, mengetahui semua pelanggaran yang dilakukannya itu rasanya ingin menumpahkan semua puncak emosi saya kepadanya,
Namun, Alhamdulillah kesabaranku mendahuluinya, aku temui dia, aku tatap wajahnya, aku ajak bicara baik-baik dengan berusaha menyusun bahasa agar tidak menusuk hatinya, sambil terus berdoa agar Allah melembutkan hatinya dan memberikannya hidayah.
Aku tau persis berapa banyak kesalahan fatalnya kepadaku tapi aku juga melihat banyak kebaikannya kepadaku dan kepada anak-anakku. Aku tidak tega membeberkan semua aibnya kepadanya, aku ingin dia sendiri yang menceritakannya kepadaku, karena aku yakin dia masih bisa jujur dan setia padaku. Dan benar, pelan-pelan dia menceritakan semuanya tanpa aku minta. Aku tidak marah, aku menghargai kejujurannya, tapi aku sebagai suami juga berhak menghukumnya dengan hukuman yang tidak menyakitkan dan untuk kebaikan dirinya dan anak-anaknya. Alhamdulillah dia terima hukuman itu, walau sesungguhnya saya tau, hal itu cukup berat baginya,
Bagi saya, menceraikan dia adalah hal yang wajar atas pelanggaran itu dan mudah bagi saya untuk mencari penggantinya satu, dua atau tiga sekaligus, tapi itu tidak saya lakukan. Mengapa ?
Aku yakin bahwa Allah mempertemukan dia denganku bukan sebuah kebetulan, tapi karena ada taqdir dia dan diriku saat kami bertemu dan hidup bersama. Aku bertemu dia karena aku sengaja meminta kepadaNya untuk menjadi istriku dalam munajatku, akankah pemberian dan amanah Allah itu akan aku sia-siakan.
Aku yakin, aku tidak akan mampu meraih keberkahan dan kebahagiaan dalam keluargaku nantinya jika aku menceraikannya, walau aku mampu mendapatkan penggantinya yang lebih baik darinya dalam segala hal sekalipun.
Istri yang sedang khilaf dan melakukan kesalahan lalu kita ceraikan begitu saja tanpa sebuah pertimbangan yang matang adalah sebuah kedholiman, apalagi jika posisi istri tidak melakukan kesalahan maka itu adalah sebuah kejahatan.
Bayangkan jika dia tengadahkan tangannya yang lemah itu di dalam tahajjudnya lalu berdoa meminta keadilan kepada Allah dan agar Allah menghukum kita sebagai suami, maka bersiap-siaplah kita akan mengalami kebahagiaan dan keharmonisan yang semu, dan bayang-bayang keterpurukan itu akan selalu menghantui kehidupan kita.
Salah satu cara paling aman untuk interopeksi diri saat Bahtera Rumah Tangga kita mulai retak adalah Pisah Ranjang. Pisah Ranjang tidak dibatasi waktu, saat itulah masing-masih bisa mencari akar masalah dan berusaha mencari solusi terbaik.
Ketika perahu sedang retak jangan dibiarkan berlarut-larut, segera berusaha bersama dan bekerja sama untuk menambalnya. Jika tidak maka perahu itu dapat dipastikan akan tenggelam dalam waktu yang tidak lama lagi.
Berlayar dalam Bahtera Keluarga bukan sekedar berbangga-bangga, berasyik ria untuk menumpahkan nafsu dan syahwat belaka, tapi juga harus siap siaga menghadapi badai dan gelombang besar yang akan menghempaskan bahtera rumah tangga kita.
Butuh kerjasama dan komunikasi yang baik serta saling mendoakan, saling melengkapi kekurangan dan saling meringankan beban, agar bahtera senantiasa aman dalam lindungan Tuhan dan bisa sampai kepada tujuan yaitu mengantar seluruh anggota keluarga kita selamat dunia hingga akhirat.
Jika di dunia saja kita tidak mampu menyelamatkan, jangan berharap kita bisa selamat di akhirat kelak. Karena retaknya perahu hingga tenggelamnya akan dimintai pertanggungjawaban, saat itu kita tak akan mampu lagi mengelak dari semua kedustaan yang kita sembunyikan.
فَبِأَيِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Surat Ar-Rahman, Ayat 16)
Masih kurang apa Allah sama kita, sehingga kita tega menelantarkan dan menceraiberaikan keluarga kita?
Ketika suami sedang dalam kemakmuran, banyak wanita lain yang mendekat, Iblispun berbisik agar mencari-cari kesalahan istri, supaya ada alasan menceraikannya atau mendiamkannya. Demikian juga saat istri lebih makmur dari suaminya, mulailah berani mencari-cari perhatian lelaki lain.
Berbagai forum dan grup media sosial diikutinya, waktunya banyak tersita untuk melayani teman-teman barunya, tidak lagi hangat bersama suaminya, pelayanannya menjadi dingin. Jasadnya di rumah tapi hati dan rasanya melayang entah kemana.
Harta dan jabatan hanyalah titipan, kecantikan dan kegagahan hanyalah sesaat. Sadarilah bahwa keluarga kita adalah aset dan wasilah menuju kebahagiaan yang hakiki dan abadi hingga ke sorga nanti. Jika bahtera rumah tangga sedang retak, segeralah bekerjasama menambalnya, mungkinkah kita mampu melanjutkan perjalanan ke sorganya Allah sementara perahu yang kita tumpangi sudah tenggelam?
Semoga keluarga kita semua selalu dalam naungan Hidayah, Perlindungan dan Pertolongan Allah SWT, Aaamiin.
Ustdz Aly (Motivator Ideologis, Inisiator Kota Qur’an WA 087725557550)