thayyibah.com :: Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di kota Vladivostok menandai era baru hubungan bilateral antara kedua negara.
Peristiwa ini bersejarah, karena merupakan kunjungan pertama Kim ke Rusia dan juga menandai pertemuan pertama antara para pemimpin kedua negara sejak 2011, ketika ayah Kim Jong Un, Kim Jong-il, bertemu dengan presiden saat itu Dmitry Medvedev di kota Ulan-Ude, Siberia.
Putin beberapa kali mengangkat masalah Korea Utara secara terbuka, terutama selama menjalin kontak dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Dia menyarankan Moon untuk melakukan rekonsiliasi antara kedua Korea melalui penguatan ikatan ekonomi.
Untuk melakukan ini, Putin mengusulkan pembangunan rel yang akan menghubungkan seluruh Semenanjung Korea, membangun pipa gas darat atau laut dari Rusia ke Korea Selatan melalui wilayah Korea Utara dan menggabungkan jaringan listrik ketiga negara.
Dilansir dari kantor berita Anadolu, Kamis (25/04/2019), para pengamat menilai semua proyek ini dapat dibahas selama KTT. Meskipun Kremlin mengatakan tidak ada rencana untuk menandatangani perjanjian setelah pertemuan.
“Proyek-proyek ini dapat mendatangkan USD3 hingga 4 miliar bagi Rusia per tahun. Semua proyek tersebut juga bermanfaat bagi Korea Utara dan Korea Selatan. Korea Utara menderita kekurangan energi karena larangan pasokan produk minyak ke negara itu,” kata Victoria Victorova, wakil direktur Institut Analisis Politik dan Militer.
“Interkoneksi jaringan listrik dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Bagi Korea Selatan, ini akan menjadi cara tercepat dan termurah untuk mengirimkan barang ke Rusia,” tambah Victorova.
Dia juga berpikir bahwa Kim dapat menggunakan kunjungannya ke Rusia untuk melakukan tawar-menawar dengan Washington dan meningkatkan negosiasi dengan Amerika Serikat, yang tampaknya semakin melambat.
Victorova mengatakan Putin siap mendukung Kim dalam hal ini karena Moskow melakukan kebijakan luar negeri aktif dan mencoba untuk berpartisipasi dalam semua proses yang penting di dunia.
“Bagaimanapun, pertemuan ini menandai era baru hubungan Rusia-Korea Utara,” tambah dia.
Sergei Filatov, kolumnis Majalah International Life, mengatakan bahwa membangun hubungan antara para pemimpin negara-negara tetangga penting dalam hal apa pun serta bagi normalisasi hubungan di Semenanjung Korea, bahkan jika pertemuan itu tidak berakhir dengan penandatanganan beberapa dokumen.
“Kedua negara dan warga Korea yang terpecah terletak di wilayah dengan luas sekitar 220 kilometer persegi. Ini lebih kecil dari jarak Moskow ke Saint Petersburg. Tentu saja, mereka membutuhkan perdamaian,” kata Filatov.
Dia menekankan bahwa salah satu tugas terpenting Rusia dalam pembicaraan ini adalah membantu mencapai perdamaian berkelanjutan.
Mengenai masalah penyatuan kembali, menurut Filatov, Korea sendirilah yang harus menyelesaikan masalah ini, tetapi dia yakin bahwa hal itu pada akhirnya akan terjadi. (thayyibah.com)