Siapa yang tak kenal kubah emas, masjid ini selalu mengundang penasaran untuk dikunjungi. Masjid ini selain menjadi tempat ibadah, juga menjadi kawasan wisata keluarga dan menarik perhatian banyak orang karena kubah-kubahnya yang dibuat dari emas.
Selain itu karena area yang ada juga bebas diakses untuk umum, sehingga tempat ini sering menjadi tujuan liburan keluarga atau hanya sekadar dijadikan tempat beristirahat.
Dini hari ini, Jumat (29/3), pendiri Masjid Kubah Emas di Kota Depok, Jawa Barat, yakni Hj. Dian Djuriah Rais binti H Muhammad Rais meninggal dunia. Hj. Dian Al Mahri wafat di Rumah Sakit Pondok Indah sekitar pukul 02.20 WIB. Kabar ini juga dibenarkan oleh Pengurus Masjid Kubah Emas.
Sebelum meninggal, almarhumah sempat mejalani perawatan di RS Pondok Indah Jakarta. Jenazah Hj. Dian rencananya dimakamkan pada hari ini juga di kompleks Masjid Kubah Emas, Cinere, Kota Depok. Hj. Dian Al Mahri akan dimakamkan setelah salat Jumat.
Hj. Dian Al Mahri adalah seorang pengusaha dan dermawan asal Banten. Hj. Dian terkenal sebagai sosok yang senang bersedekah. Ini juga menjadi rahasia di balik megahnya Masjid Kubah Emas itu adalah keajaiban sedekah.
Suatu hari, Hj. Dian membeli sebidang tanah di Brunei Darussalam. Awalnya, ia hanya membeli tanah tersebut untuk investasi, tapi ternyata tanah itu mengandung minyak bumi. Dibangunlah pertambangan di sana. Seperti telah menjadi komitmennya sejak dulu, keuntungan dari minyak bumi pun, diinfakkan setengahnya.
Selain itu juga berdasarkan informasi warga, Dian sangat dermawan, salah satu bukti kedermawanan dia adalah Jalan Raya Meruyung yang dicor, karena banyaknya bus yang lewat terutama pada hari libur yang datang dari berbagai daerah Indonesia yang mengunjungi Masjid Kubah Emas Depok.
Masjid ini dibangun oleh Dian yang telah membeli tanah ini sejak tahun 1996. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid ini dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha pada tahun itu.
Bangunan masjid ini memiliki luas kawasan 50 hektare, bangunan masjid ini menempati luas area sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8.000 meter persegi. Masjid ini dapat menampung sekitar kurang lebih 20.000 jemaah. Kawasan masjid ini sering disebut sebagai kawasan masjid termegah di Asia Tenggara.
Aslinya Masjid ini bernama Masjid Dian Al Mahri yang diambil dari nama pendirinya, namun oleh masyarakat sekitar sering disebut dengan Masjid Kubah Emas. Sebutan Masjid Kubah Emas memang lantaran dari lima kubah di bangunan masjid semuanya berkilau karena dilapisi emas.
Sesuai namanya masjid ini memang menggunakan material emas dengan 3 teknik pemasangan. Pertama, serbuk emas (prada) yang terpasang di mahkota/pilar. Kedua gold plating yang terdapat pada lampu gantung, tangga, pagar, ornamen kaligrafi di langit-langit kubah dan ornamen dekoratif di atas mimbar mihrab. Ketiga gold mozaik solid yang terdapat di kubah utama dan kubah menara.
Pengurus dan pengelola masjid tidak mengungkapkan informasi mengenai total biaya pembangunan dan juga berat emas keseluruhan yang ada di kompleks masjid ini. Setiap kubah memiliki ketebalan emas 2 sampai 3 milimeter. Emas kubah tersebut kemudian dilapisi lagi dengan mozaik kristal.
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret, halaman dalam dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya.
Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India.
Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia.