thayyibah.com :: Bahasan tentang ketaatan memang menarik. Apalagi bahasan seorang Anis Matta tentang bagaimana mengelola ketidaksetujuan dalam hasil syura yang sangat digembor-gemborkan. Mulai dari penyebaran tulisan hingga pembuatan meme-meme.
Bahasan sikap pengelolaan pada hasil syura yang ditulis oleh Anis Matta terdapat pada buku dengan judul Menikmati Demokrasi. Ringkasannya sangat mudah diakses di dunia maya.
Jika merujuk pada ringkasannya, maka yang kita dapati dalam bahasan pertama bukanlah tentang ketaatan tapi kepahaman. Dan kepahaman ini berawal dari sebuah syura yang berkualitas, sehingga memang menghasilkan ketaatan.
Sebelum masuk Bab Mengelola Ketidaksetujuan Pada Hasil Syura, ada beberapa Bab yang terlewat dalam hal ini. Ada Bab Asas Penyikapan, Resiko Sebuah Keputusan, dan Optimalisasi Sebuah Syura. Sehingga sebelum kita bicara taat, maka kita bahas dulu bagaimana memunculkan kepahaman bagi orang-orang yang kemudian diminta untuk taat.
Namun, setelah selesainya syura apakah kemudian hasilnya tidak boleh dikritisi? Ataukah cukup taat saja. Anis Matta ternyata membuka ruang kritis atas sebuah hasil syura. Dengan masuk pada Bab selanjutnya Syubhat di Sekitar Sikap Kritis, karena Anis Matta sendiri berpendapat bahwa “Sikap Kritis diperlukan dalam jamaah sebagai kontrol, pengendali dan perbaikan yang berkesinambungan”.
Jadi aneh, kalau ada yang kritis dianggap musuh lalu disingkirkan. Apalagi bahwa Anis Matta juga berpendapat “Sikap kritis umumnya merupakan indikator kesehatan hidup berjamaah”. Bahkan Umar bin Khathab pernah berkata ”Semoga Allah SWT merahmati seseorang yang telah menghadiahkan aibku kepadaku”.
Bab selanjutnya, Anis Matta membahas tentang bagaimana penyikapan terhadap orang kreatif dan kritis. Kemudian Bab tentang Keragaman Yang Produktif dimana Anis Matta jelas mengatakan bahwa “Dalam konteks qiyadah-jundiyah yang juga tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mengelola perbedaan pendapat dalam jamaah dakwah dan mengubahnya menjadi faktor produktif bagi dakwah. Beberapa tradisi yang kuat yang dengan sendirinya akan mengubah keragaman menjadi faktor produktif.”
Dan Bab terakhir Anis Matta menjelaskan tentang bagaimana mengokohkan tradisi ilmiah dimana dengan menjalankan tradisi ini maka keragaman bisa dibuat menjadi sebuah produktivitas.
Maka akan jadi semakin aneh ketika hanya tulisan Anis Matta tentang mengelola ketidaksetujuan pada hasil syura yang dibagikan ke sana ke mari. Seolah-olah menggambarkan Anis Matta adalah orang tidak paham dan disuruh untuk merujuk dan membaca tulisannya sendiri berulang-ulang kali.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Imam Syahid Hasan Al Banna, “Yang dimaksud dengan tsiqah adalah ketenangan hati seorang jundi (prajurit) kepada pimpinannya dalam hal kemampuan dan keikhlasannya. Sebuah ketenangan yang dalam hingga menghasilkan rasa cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan”.
Dan dalam buku yang berjudul Ikhwanul Muslimin yang ditulis oleh Syaikh Jasim Almuhalhil yang buku tersebut dikata-pengantari oleh Syaikh Mustafa Masyhur, menjelaskan kesalahan-kesalahan dalam membangun ketsiqahan yang sangat relevan hari ini untuk dibahas.
Maka, sangat disayangkan bagi pihak-pihak yang mengutip tulisan Anis Matta hanya untuk kepentingan-kepentingan yang menghasilkan tuduhan-tuduhan memperkeruh ukhuwah yang semakin berserakan. (thayyibah.com)