Oleh : Setiawan Budi (Pemerhati sosial dan politik)
Semalam berkunjung kerumahnya seorang teman yang kebetulan menjadi diehard Jokowi. Segala atribut tentang Jokowi ada di rumahnya, mulai dari jam dinding sampai ke mainan kunci.
Sudah hampir 3 tahun gak bertemu dengan nya, malam ini karena ada berita duka dari seorang teman, membuat saya bisa bertemu dengan dirinya.
Cuma rada lain saat ini melihat dirinya yang tidak lagi semangat. Tidak ada lagi wajah optimis pada dirinya ketika kita menyebut nama Jokowi.
Dulu saat kita sebut nama Jokowi, dia akan menepuk dada sebagai tanda bahwa dirinya lah pendukung yang setia.
“Apa kabar bro…ini rumah masih tetap Jokowi ya..?” Tanya saya sebagai pembuka obrolan.
Dia cuma tersenyum di bagian ujung bibirnya. Obrolan kami berlanjut ke cerita masa sekolah dulu tentang kabar dari teman-teman yang lain. Hingga pada akhirnya, dia membuka cerita..
“Jokowi bakalan kalah besok ‘Wa.” Kata teman ini sambil menghisap rokok nya.
“Eeh, sebagai pendukung yang sangat loya, kenapa lu jadi pesimis gitu bro?” Saya tetap beri dia semangat walaupun kita berbeda penilaian tentang sosok Jokowi.
“Banyak pertimbangan dan juga analisa yang bisa buat saya dan teman-teman pendukung Jokowi lainnya mengambil kesimpulan begitu. Mengambil cawapres Ma’ruf Amin sebagai pemicunya”.
“Pemberitaan ILC semalam memperjelas bahwa sosok Jokowi yang kita dukung ternyata tidak pernah lepas dari campur tangan orang di belakangnya. Yang paling ngenes lagi, Sandiaga jadi cawapres Prabowo. Berat perjuangan Jokowi untuk dua periode ‘Wan.” Dia menjelaskan apa alasannya.
“Ada apa dengan Ma’ruf Amin dan ada apa juga dengan Sandiaga sampai dia di anggap sebagai hantu bagi kekalahan Jokowi bro?” Saya penasaran dengan penjelasan yang dia beberkan tadi.
Dia berdiri dan memberikan HP nya pada saya. Sebuah percakapan di grup WA kelompok pro Jokowi.
“Timbul perpecahan atas terpilihnya Ma’ruf Amin sebagai cawapres, bro. Apalagi setelah mengetahui pengakuan Mahfud MD di ILC, makin ramai dan makin gak terkendali. Seperti sebuah borok yang di pamerkan pada semua orang. Dan Sandiaga terlalu ganteng untuk melawan Jokowi. Dia belum blusukan aja emak-emak udah kayak anak ABG liat artis KPOP. Apalagi kalau dia sudah blusukan masuk kampung-kampung, nenek-nenek yang masih ada sang kakek juga bakalan jatuh cinta sama dia, bro.” Jawab teman tadi.
Sandiaga sangat susah di cari kelemahannya, sebagai seorang pengusaha dia sangat bersih. Memang ada beberapa kali pelaporan atas dirinya terkait penipuan dan juga penggelapan, tapi itu semua mentah dan jadi isu basi apabila terus dinaikkan lagi.
Sandiaga sudah melakukan apa yang belum Jokowi lakukan, yaitu dalam membuka lapangan pekerjaan. Puluhan ribu lapangan pekerjaan sudah di buka oleh Sandiaga saat dia belum berkecimpung dipolitik.
Saat dia belum berkuasa, dia telah mampu membantu negara ini mengentaskan kemiskinan dengan membuka lahan pekerjaan baru. Bayangkan andai dia jadi penguasa, tentu saja membuka lapangan kerja bukan hal yang mustahil dia lakukan karena dia sangat berpengalaman dalam hal itu.
Sandiaga adalah politikus yang sudah paham medan perang karena dia sendiri pernah menang di sana. Masalah ekonomi merupakan masalah yang berat di negara ini.
Membawa Sandiaga sebagai pengusaha sukses sudah merupakan kartu As bagi Prabowo. Prabowo membawa dokter spesialis untuk mengobati penyakit kronis negara ini dan dokter itu gambaran seorang Sandiaga Salahuddin Uno.
“Dulu kami melawan Prabowo dengan isu pelanggaran HAM, saat ini isu pelanggaran HAM sudah gak bisa lagi kami bawa karena sudah basi. Dulu sosok Jokowi hanya perlu kami beritakan dengan sederhana, merakyat dan juga humble.
Tapi kali ini, kampanye hal itu sudah gak tepat sasaran lagi ketika publik mencoba membuka apa yang Jokowi janjikan dengan apa yang Jokowi lakukan. Bener kata lu bro, peluang saat ini berat karena Jokowi harus melawan apa yang pernah dia lakukan sebagai representatif atas apa yang pernah ia ucapkan dahulu.”
Sebagai pihak yang tidak dukung Jokowi, pastinya saya senang dengan pengakuan diehard Jokowi yang ada di depan saya.
“Btw, bini lu mana bro?” Saya nanya karena seharusnya sudah ada cemilan dan minuman di meja, tapi sejauh ini gak ada apa-apa.
Teman ini berdiri dan masuk kerumah, dia keluar sambil garuk-garuk kepala.
Di belakangnya, muncul sang istri sambil bawa nampan isi kue kering dan dua gelas teh hangat.
Tapi yang buat saya kaget bukan isi nampan-nya, tapi kaos yang di pakai sang istri teman ini.
“# 2019 Ganti Presiden.”
Sebuah tulisan yang sangat saya kenal dan corak yang sangat saya hapal tercetak di kaos yang di pakai istri sang teman.
Saya noleh ke teman di sebelah saya, dia masih garuk kepala sambil melihat kebawah. Selanjutnya, saya tertawa ngakak sambil menepuk pundaknya.
“Sebenarnya, ini masalah utama saya mengapa saya sebut Jokowi bisa kalah, bro. Dan ini dampak Sandiaga sebagai wakil Prabowo.” Jawab teman saya.
Sang istri langsung nyerocos.
“Bang ‘Wan, udah gak tahan lagi aku sama suami ini. Yang urus rumah aku bang, yang belanja kebutuhan dapur aku juga bang. Setiap aku cerita sama suami bagaimana harga kebutuhan saat ini udah gak normal lagi, suami masih juga bilang saba, capek aku bang.”
“Pas Prabowo umumkan Sandiaga sebagai cawapresnya, aku bilang sama suami. Abang, sekarang aku putuskan pilih Prabowo – Sandiaga. Terserah abang, besok aku beli baju ganti presiden dan gabung dengan partai emak-emak.”
Luar biasa efek Sandiaga ya.
(Artikel ini dianbik dari WAG dengan sedikit perubahan pada judul asliny)