Oleh : Zeng Wei Jian
Mahatma Gandhi berkata, “Kemiskinan adalah bentuk terburuk dari kekerasan.”
Laporan *Asian Development Bank* tahun 2015 menyatakan dari 255.46 juta penduduk Indonesia, 47.2% hidup di bawah garis kemiskinan.
Ada 4,4 juta orang miskin di Jawa Tengah. Setiap kali bicara soal Brebes, *Sudirman Said* selalu sedih. Brebes disebut-sebut kebupaten termiskin setelah Wonosobo dan Kebumen.
Di Brebes, Sudirman Said dilahirkan dan dibesarkan. Sejak kecil dia sudah ditinggal pergi ayah. Jadi anak yatim. Hidup dalam kemiskinan. Jadi anak ngenger saat study. Tidur di kolong dipan, tanpa kasur.
Berbeda dengan Ganjar Pranowo ketika kuliah. Orang tuanya rutin mengirim uang. Sehingga dia bisa nabung untuk beli kaset musik Rock N Roll dan Heavy Metal.
Sudirman Said melihat ibunya bersusah payah memberi makan 6 anak. Sampai harus menggadaikan dandang tembaga. Menjahit, menyiang padi, tanam bawang, sampai ‘kurung’ beberapa bulan ke daerah Patrol dan Haurgeulis menjadi buruh tani. Demi bisa makan nasi jagung.
Ibunya pernah berpesan begini: “Kowen kabeh kudu sekolah. Emakmu wong melarat jeprat, ning aja nganti uripmu pada sengsara kaya kuli panggul kae”.
Hanya miracle, bikin Sudirman Said bisa kuliah. Karena cerdas, dia dapet beasiswa dari STAN. Lalu melanjutkan study di George Washington University.
Sudirman Said mengenal kemiskinan. Ngerti betul rasanya. Ngga heran bila dia ingin jadi gubernurnya orang miskin. Supaya dia bisa men-sugih-kan para petani, buruh, nelayan dan kuli-kuli panggul.
Mungkin, Sudirman Said mengadopsi pesan Nelson Mandela yang bilang, “As long as poverty, injustice and gross inequality persist in our world, none of us can truly rest.” Jelas, Sudirman Said belum bisa beristirahat dengan tenang.
Kepada Sudirman Said, KH. Munif Zuhri berpesan, “Mengurus Jateng, yang terpenting adalah menata hatinya. Setelah itu, buat mereka cukup makan dan merasakan keadilan”.
Para pembenci menuding Sudirman Said jualan orang miskin.
Padahal, Kemiskinan adalah fakta. Bukan barang dagangan politik. Ganjar Pranowo sendiri nyatakan diri gagal berantas kemiskinan.
Demi menumbangkan Sudirman Said, para pembenci itu menyatakan ‘”Tidak ada orang miskin”. Wong kere semakin teralienasi. Mereka tidak diinginkan. They are unwanted. Pembela orang miskin malah dibully.
“Loneliness and the feeling of being unwanted is the most terrible poverty, ” kata Mother Teresa.
Ada lagi Ahoker mencibir, “Kalo gubernurnya orang miskin, lalu siapa dong gubernurnya orang kaya?”
Lah, kan sudah ada Ahok dan Ganjar Pranowo yang pro pabrik semen.