Oleh: Ust. Dr. Miftah el-Banjary, MA
(Alumnus Prog. Doktoral Sastra dan Bahasa Arab di Arab Studies and Research Arab League Institute Cairo Mesir)
Mengerikan sekali jika ada ustadz atau ustadzah yang tampil di layar TV seperti ini.
Bayangkan betapa seseorang yang belum cukup kriteria keilmuannya disematkan gelar sebagai seorang ustadz atau ustadzah, sedangkan ketika ia menuliskan ayat al-Qur’an saja sudah sangat keliru dan fatal kesalahannya.
Coba perhatikan ayat al-Qur’an yang dituliskan oleh seorang ustadzah pada gambar diatas:
إن الصلة تنح عن الفحش والمنكر
Bagi orang yang tidak paham bahasa Arab, mungkin merasa biasa-biasa saja dan tidak mengerti sama sekali dimana letak kesalahan ustadzah TV itu.
Tapi bagi orang yang mengerti bahasa Arab akan tercengang, bahkan menangis melihat kesalahan yang sangat fatal yang dilakukan oleh seorang yang “mengaku” sebagai seorang ustadzah.
Baik, mari kita analisa letak kekeliruannya:
Kesalahan Pertama: Menuliskan kata “الصلاة” [as-Shalaah] yang bermakna “SHALAT”, kemudia ia tuliskan menjadi “الصلة” [as-Shilah] yang bermakna “HUBUNGAN/KORELASI”.
Kesalahan Kedua: Menuliskan kata “تنهى” [Tanha; Pakai Ha besar] yang bermakna “MENCEGAH/MELARANG” kemudian ia keliru menuliskan menjadi “تنح” yang bermakna “MENYERANG”.
Kesalahan Ketiga: kata الفحشاء yang harusnya mengunakan huruf Alim Mamdudah ketinggalan menjadi الفحش saja.
Kesalahan Keempat dan Kelima:
Kata “الفحش” dan “المنكر” yang harusnya menggunakan harakat MAJRUR (kasrah; baris dibawah) ia keliru menuliskan menjadi baris FATHAH (baris diatas). Tentu ini kesalahan yang sangat fatal sekali.
Sedangkan dari segi hukum Kaidah Nahwu Mutlak setelah HURUF JAR [disana ada huruf عن] yang WAJIB BERBARIS KASRAH (baris dibawah).
Dari kekeliruan diatas, sangat jelas sekali “ustadzah” itu tidak paham kaidah bahasa Arab dan salah fatal disebabkan akan merusak makna dari al-Qur’an dan bahasa Arab itu sendiri, disebabkan ia tidak mengerti perubahan posisi i’rabnya.
Dengan demikian, makna al-Qur’an yang seharusnya:
إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) yang tercela dan munkar.” [Q.S al-Ankabut: 45]
Si ustadzah diatas menuliskan menjadi :
إن الصلة تنح عن الفحش والمنكر
“Sesungguhnya HUBUNGAN MENYERANG/MEMBERIKAN KERUSAKAN DAN KEMUNGKARAN.”
Apa maksudnya ini?!!
Apa makna yang ditimbulkan dari kekacauan tata bahasa dan kesalahan fatal dalam penulisan al-Qur’an ini!
Ini al-Qur’an bukan main-main lho!
Ini Al-Qur’an kalam Allah!!
Dan kesalahan ini bukan perkara sederhana, tapi kesalahan akibat kebodohan dan kejahilan!!
Hari ini jika ada orang ngaku jadi Ustadz atau Ustadzah nggak usah tanya hukum Fiqih dulu, tanyain aja dulu apa ciri-ciri Isim dalam Kaidah Bahasa Arab?
Kesalahan yang tak kalah fatalnya pada episode lain dalam tayangan yang berbeda.
Masa menuliskan ayat Qur’an bisa jadi ustadzah di Metro Tipu.
Sejak kapan ada kalimat في الرسول الله
Bukannya itu posisi Mudhaf Ilaih yang saling ber’isnad?
Harusnya kata رسول bentuknya Nakirah tanpa أل karena bersandar dengan kalimat الله yang Isim Makrifah. Jadilah kalimatnya رسول الله
Masa kata أسوة [Uswah] tertulis أشوة [Usywah].
Jika kata أسوة [Uswah] artinya TELADAN YANG BAIK. Maka sebaliknya kata أشوة [Usywah] berarti contoh yang buruk. Kontradiktif kan?
Harusnya:
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة
“Sungguh pada diri Rasulullah bagi kalian ada TELADAN YANG BAIK”
Jika Ustadzah itu menuliskan:
لقد كان لكم في الرسول الله أشوة حسنة
Maka artinya seakan-akan:
“Sungguh dalam diri Rasulullah terdapat CONTOH BURUK yang Baik.”
So what gitu lho?!!
Kalau memang kekeliruannya bersifat pribadi, lantaran kesalahan ucap atau kekeliruan menulis, juga menjadi tidak bijak kita kaitkan dengan ormas atau partai dimana orang itu berafiliasi.
Dan kita juga harus melihat objektif sebuah media yang menayangkan -meski itu media haters Islam- juga tidak bisa disalahkan mutlak, apapun medianya, karena media atau stasiun TV biasanya hanya menshare atau merelay dari materi si pembicara.
Tapi jika kesalahan dari pemateri di sebuah media atau stasiun televisi, maka media itu juga harus turut bertanggung jawab, disebabkan lolos menyeleksi kontennya atau pengisi konten tersebut. Dan media juga harus segera mengklarifikasi dan meminta maaf.
Jika kesalahan itu sekali boleh jadi kekeliruan dan bisa segera ditabayuni atau klarifikasi, tapi jika kesalahan lebih dari sekali berarti itu namanya tidak intropeksi.
Beredar tabayun dari yang bersangkutan, tapi kok kenapa sudah berulang ada kesalahan ayat al-Qur’an lainnya pun ada kesalahan yang bervariasi.
Jadi agak membingungkan jika alasannya itu murni kesalahan si media atau stasiun yang menayangkan. Biasanya operator TV hanya menerima bahan dari si pemateri.
Tapi ya jika memang ingin tampil di TV dan belum mengerti kaidah bahasa Arab atau kaidah penulisannya ya mendingan sampaikan intisarinya saja, jangan sok-sokan mengutip al-Qur’an. Iya khan?
Video bisa dilihat di https://youtu.be/SD54621TGBQ