Sikap inilah yang dipegang teguh Herman Halim dalam membentuk karakter keluarganya. Bahkan soal menganut agama, ia tidak pernah memaksakan kepada kedua anaknya. “Anak saya, saya bebaskan dalam memilih agama. Saya tidak pernah melarang hal itu,” ujarnya.
Terpengaruh Anak
Ketertarikan Herman Halim akan Islam memang berangkat dari perenungan panjang. Namun, ia mengaku lebih banyak dipengaruhi Andrew anak keduanya.
Awalnya Herman Halim keget dan menanyakan tentang keinginan anak keduanya memeluk agama Islam. Namun, Andrew bisa meyakinkan ayah dan keluarganya tentang niatnya menjadi Muslim.
“Apa perbedaannya dengan agama yang kamu yakini selama ini ?” tanya Herman Halim kepada Andrew saat itu. “Saya pernah mencoba memeluk beberapa agama. Namun Islamlah yang membuat saya lebih tenang dan pas. Dan saya bisa lebih gampang menangkap ajaran Islam daripada yang lain,” ujar Herman yang menirukan pendapat Andrew.
Dari diskusi antara anak dan ayah inilah, Herman terus mencari dan mencari jawaban atas argumen yang dikemukakan oleh Andrew. “Saya mengenal Islam lebih banyak setelah Andrew menerangkan kepada saya dan keluarga tentang ajaran Islam sesungguhnya,” ujarnya.
“Saya juga heran, padahal ia sejak kecil sudah ada di Australia. Namun ia begitu kuat saat menerangkan tentang bagaimana ajaran Islam,” tambahnya. Herman menerangkan, dalam menjelaskan agama Islam, Andrew Halim ini membawa Al Quran dan Injil. “Ia membandingkan antara ayat per ayat. Bahkan, beberapa dari paman dan bibinya tidak bisa menyela dan menjawab pertanyaan Andrew,” terangnya.
Dari pertemuan antara Andrew dan keluarga yang juga dihadiri oleh Herman Halim itulah akhirnya wacana tentang kebenaran Islam mulai terungkap. “Sejak itu saya jadi tekun belajar Islam. Saya baca Al Quran yang terjemahan dari Bahasa Inggris dan Tionghoa. Saya terus mencari apa yang dikatakan Andrew,” terangnya.
Menurut Herman Halim, Andrew bukan tipe orang yang mudah percaya dengan sesuatu. “Andrew itu, untuk percaya dan yakin biasanya sudah melalui penelitian dan perbandingan antara baik dan buruknya,” terangnya.
Makanya, Herman Halim yakin bahwa apa yang diyakini anaknya adalah suatu kebenaran yang pasti. “Saat saya beritahu saya menjadi Muslim, ia begitu senang. Ia menyebut lafal Allahu Akbar berulang-ulang. Ia begitu senang saya masuk Islam,” paparnya.
Lebih Tenang
Herman Halim saat ini mengaku lebih tenang batinnya setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat. “Pertama kali saya melaksanakan salat, hati saya rasanya tenteram dan damai. Tidak pernah saya merasakan hal seperti ini sebelumnya. Meski saya tidak fasih cara melafalkan Arabnya, namun saya tahu arti Bahasa Indonesianya,” paparnya sembari memejamkan mata.
“Saat shalat hati saya damai, sehingga bisa melepas kejenuhan dan stres saat bekerja. Saya lebih mantap dalam mengerjakan tugas-tugas kerja,” tambahnya.
Yang paling menarik bagi bagi pemilik nama asli Lim Xiao Ming ini dalam mempelajari Islam adalah cara menghafal bacaan salat. “Kalau salatnya sih sudah bisa dipelajari.
Tapi kalau melafalkannya, ini saya masih kaku. Butuh waktu yang banyak,” ujarnya. “Kalau lupa bacaannya, bukunya saya baca, lalu saya kembalikan lagi. Lucu pokoknya kalau melihat saya belajar salat,” tambahnya sambil tertawa.
Namun, Bapak dari Albert Halim dan Andrew Halim ini tidak menyerah. Ia bertekad untuk bisa melafalkan bacaan Al Quran serta belajar membaca Al Quran. “Saya berencana mendatangkan guru privat Bahasa Arab. Dan saya ingin sekali bisa melafalkan bacaan salat,” niatnya. (muallaf-sejati)