Oleh : H. Ilyas Busthamy, MA
Itu pepatah internasional yang sudah sulit mencari siapa pemiliknya. Padahal, kata penulis tafsir Al-Mawardy: “Fa inna min Barakatil ‘Ilmi, Yudhoful Qaulu ilaa Qailihi” bahwa termasuk keberkahan suatu ilmu yaitu menyandarkan statement kepada pemilik (statement)-nya.
Saya kira, pepatah tersebut sudah hilang karena perubahan zaman yang canggih ini. Ternyata pepatah tersebut baru saja tertulis di papan tulis di MAN Tarumajaya dalam rangka menyambut hari 17 Agustus 2017, namun sedikit kekurangan. Kekurangannya terletak pada tidak membubuhi kata “The” sebelum kata “Cover”. Tidak mengapa, berarti pepatah tersebut masih up to date untuk zaman ini. Sebuah nasehat agar seseorang tidak terjebak pada penampilan orang yang tampak baik di luarnya, namun seiring hari berlalu, satu demi satu muncul sifat aslinya.
Rhoma Irama mendeskripsikan karakter orang seperti itu bak Serigala Berbulu Domba. Lagu yang dinyanyikan Rita Sugiarto (Derita Kismiarti) ini tidak pernah didaur ulang dan tidak pernah muncul dalam ajang pencarian bakat di televisi itu mengingatkan kepada para penggemarnya:
Tertawa… puas engkau tertawa
dan bangga setelah memperdaya
tetapi… ada yang kau lupakan
hukuman dan keadilan Tuhan
tiada dosa bebas tanpa balas
Karakter yang memiliki dua sasaran tembak kepada korbannya. Sasaran pertama bahwa dia tetap terpuji dengan penampilannya yang adem sementara si korban terbius dengan lidahnya dan tidak bisa membalasnya hanya dia serahkan kepada Tuhan dengan keadilan-Nya. Padahal yang ditakuti oleh para sufi di akhirat kalau Tuhan sudah merealisasikan keadilan-Nya. Siapa yang layak masuk surga bila Tuhan mengkedepankan keadilan-Nya? Pemilik syair tersebut menuntut keadilan Tuhan karena kata dia bahwa tiada dosa bebas tanpa balas.
Atau sebaliknya, terkadang kita men-judge seseorang yang berpenampilan buruk, tapi ternyata orang baik-baik. Pengalaman yang tak terlupakan 17 tahun yang lalu saat pergantian tahun millennium di TMII, saya men-Judge The Book By The Cover kepada pemuda berpenampilan free man.
Biasanya, saya sudah berada di tempat itu jam 14.00 untuk melihat Soneta check sound sekaligus lihat crew Soneta diomeli Rhoma Irama karena salah memainkan nada lagu yang akan ditampilkan. Menjelang waktu maghrib, saya mencari masjid terdekat untuk shalat Ashar. Setelah shalat Ashar, sambil menunggu waktu maghrib, datang seorang laki-laki gagah dengan pakaian lusuh. Rambut gondrong tidak disisir, kaos dilapisi jaket levis dengan stelan celana yang bagian lututnya sobek. Wah.., maling niih, ucap saya dalam hati. Ternyata, setelah pemuda itu keluar dari kamar wudhu, dia telah mengganti atribut ke-free man-annya menjadi santri. Berpeci hitam, baju koko dan bersarung di atas mata kaki. Saya terus mengamati gerak-gerik pemuda itu untuk melihat apa yang dia lakukan setelah shalat. Dia pun memutar tasbih-nya dengan mulut komat-kamit.