thayyibah.com :: Cemburu merupakan sifat yang melekat pada wanita. Sebab wanita selalu menggunakan hatinya yang lebih dominan dalam menyikapi suatu hal. Maka tak berlebihan jika cemburu bisa diartikan tanda cinta, selagi cemburu dalam kadar yang wajar tidak berlebihan hingga mengakibatkan pasangan risih dengan sifat cemburu tanpa alasan.
Cemburu bukanlah sebuah perasaan yang salah, hal ini sangat wajar dimiliki oleh pasangan. Setiap orang pernah mengalami kecemburuan dalam hidupnya, entah sedikit atau banyak. Terlebih para wanita, seringkali ada perasaan cemburu yang hinggap dihatinya tatkala kekasih meluangkan banyak waktunya dengan orang laun daripada dirinya.
Cemburu buta tidak hanya terjadi pada manusia biasa seperti kita. Dalam beberapa hadits pernah dituliskan mengenai cemburunya Siti Aisyah terhadap kaum hawa yang dekat dengan Rasulullah SAW.
Cerita mengenai cemburunya Aisyah sedikit dimaklumi, sebab saat dinikahkan usia Aisyah masih dibawah sepuluh tahun. Sedangkan sosok baginda Rasulullah SAW adalah pria yang gagah dan ganteng. Sehingga cerita mengenai beberapa kaum hawa mendekati Rasul hal yang biasa
Seperti zaman sekarang, banyaknya fenomena nikah muda juga bisa saja rentan dengan kecemburuan yang dimiliki istri. Bisa juga kecemburuan itu sangat berlebihan. Hal ini tentu harus menjadi maklum sebagai seorang suami, sebab umur wanita yang masih mudah cenderung memiliki sifat yang masih labil, kecemburuan dalam hatinya masih rawan karena cinta yang meletup letup.
Suatu hari usai melaksanakan salat ashar, Aisyah menemani Rasul mengunjungi rumah istri-istrinya. Namun Aisyah tertegun melihat langkah Rasul yang berhenti di rumah Hafshah binti Umar. Dalam hatinya Aisyah bertanya, ada apa gerangan sehingga suamiku bisa berhenti lama ketika mengunjungi salah satu rumah istrinya.
Beberapa hari kemudian, Aisyah mendapat kabar alasan Rasul tertahan lama di rumah Hafshah. Rupanya Hafshah memberikan madu kepada Rasul saat mengunjungi terakhir bersamanya. Rasul memang dikenal sangat suka madu dan halwa (manisan).
“Demi Allah aku akan membuat siasat untuk beliau,” kata Aisyah.
Aisyah pun memberitahu kepada Saudah binti Zam’ah bahwa Nabi SAW akan mengunjunginya. Aisyah bersaran, jika Nabi SAW datang tanyakan apa yang beliau telah makan
“Apakah engkau makan maghafir?” tanya Saudah.
“Tidak,” jawab Rasulullah SAW.
Saudah kembali menegaskan pertanyaanya. “Mengapa berbau tidak enak?”
“Aku diberi madu oleh Hafshah,” jawab Rasulullah SAW.
Siasat itu berhasil dijalankan Aisyah kepada Saudah dan Shafiyah. Ketika Rasul menghampiri Shafiyah pun dia menjawab yang disarankan oleh Aisyah. Pertanyaan sama juga diberikan Aisyah ketika Rasul mengunjunginya.
Berselang beberapa hari kemudian, Rasul mengunjungi rumah Saudah. Saat itu Rasul ditawari madu oleh Saudah. Tetapi hidangan itu malah ditolak Rasulullah SAW. Merasa canggung dan bersalah, Saudah hanya bisa kaget dan terdiam.
“Aku tidak ingin itu lagi,” kata Rasul saat diberi madu oleh Saudah.
“Demi Allah, kamilah yang mengharamkan itu pada Nabi SAW,” kata Saudah.
Dari kisah diatas sudah sangat jelas kecemburuan Aisyah, sehingga ia membuat siasat agar Rosulullah tidak betah berlama lama tinggal dan bersama istri lainnya selain dia.
Menjalani hidup seperti Rosulullah tidaklah mudah, sebab itu untuk poligami tidak pernah dianjurkan bagi pria yang tidak bisa adil. Karena satu istri saja sudah cukup menguras banyak tenaga dan fikiran, terlebih jika istri kita memiliki sifat mudah cemburu. Hal ini bisa saja mengganggu bahtera rumah tangga yang sudah dibangun dengan baik.
Perlu digaris bawahi, bahwa rasa cemburu wanita ini memang bukti cintanya. Terlebih cemburunya seorang istri terhadap suami, hal ini juga salah satu bentuk kekhawatiran seorang istri jika suaminya mungkin mengalami kebosanan dalam rumah tangganya, sehingga sang suami lebih banyak beraktivitas diluar rumah daripada di dalam rumah. Sehingga rasa cemas ini akan muncul menjadi kecurigaan dan kecemburuan yang harus dihadapi dengan bijak.
Jadi untuk para suami, hendaknya bisa memahami perasaan istri, juga rasa cemburu yang dimiliki isitrinya. Karena kecemburuan itu semata mata hanya untuk menjaga rumah tangganya, bukan berarti tidak percaya dengan apa yang kamu lakukan di luar rumah. Maka jika ingin bahtera rumah tanggamu baik baik saja, dan dihindarkan dari kecemburuan yang berlebihan. Hendaknya kamu berusaha untuk menjaga perasaan istrimu, dan juga tentunya seorang istri harus punya kepercayaan sepenuhnya kepada suaminya.
Sumber: mediaihramasia