thayyibah.com :: Alkisah, ada seorang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu seraya berkata, “Wahai Khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak dikritik oleh orang, yang tidak dilakukan sebagaimana pemerintahan Abu Bakr dan Umar?” Sahabat Ali menjawab, “Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu!” (Syarah Riyadhus Shalihin 2/36 oleh Muhammad ibn Shalih al Utsaimin)
Kisah ini menunjukkan suatu kaidah berharga bahwa pemimpin itu tergantung keadaan rakyatnya. Jika rakyatnya baik maka Allah akan mengangkat untuk mereka pemimpin yang baik.
Sebaliknya, jika rakyat banyak berbuat dzalim, maka jangan heran jika Allah memberikan pemimpin yang dzalim kepada mereka, sebagaimana balasan yang setimpal dari perbuatan mereka. (Lihat masalah ini dalam risalah Kamaa Takuunuu Yuwalla ‘Alaikum karya asy Syaikh Abdul Malik Ramadhani al Jazairi) (Dikutip dari Majalah al Furqon).
Allah Ta’ala berfirman,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون
“Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan amal yang mereka lakukan.” (Qs Al An’am: 129)
Fakhruddin Ar Razi mengatakan, “Jika rakyat ingin terbebas dari penguasa yang zalim maka hendaklah mereka meninggalkan kezaliman yang mereka lakukan.” (Tafsir At Tahrir wat Tanwir karya Ibnu Asyur 8/74 cetakan Dar Tunisiah 1984)
(kisahislam.net).