thayyibah.com :: Kawah Sileri yang berada di Desa Kepakisan, Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, saat ini ditutup sementara pascaletusan freatik pada Minggu, 2 Juli 2017. Letusan itu terjadi sekitar pukul 12.00 WIB mengeluarkan material lahar dingin, lumpur dan asap yang mencapai 50 meter.
Letusan freatik adalah tipe letusan gas atau embusan asap dan material yang dipicu oleh tekanan gas yang berada di bawah permukaan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan saat ini petugas dari BPBD Kabupaten Banjarnegara, PVMBG, TNI, Polri, SKPD, relawan dan lainnya sudah berada di lokasi.
“Pengunjung maupun warga diminta untuk meninggalkan lokasi dan untuk area kawah sudah dikosongkan. Kejadian tersebut berpotensi akan menimbulkan letupan susulan,” kata Sutopo dalam keterangan persnya, Minggu, 2 Juli 2017.
Sutopo menjelaskan, Kawah Sileri merupakan salah satu objek wisata di Dieng Plateau. Kawah ini memiliki bentuk unik, berupa kepundan datar, sehingga permukaan air kawah selalu mendidih dan terus mengalir ke permukaan yang lebih rendah. Permukaan air mencapai 4 hektar.
Menurut Sutopo, aktivitas kawah ini cukup tinggi dan beberapa kali meletus. Kawah ini, dia melanjutkan, menjadi kawah paling berbahaya di Dieng. “Kawah Sileri merupakan kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali yang sempat tercatat adalah tahun 1939, 1944, 1964, 1984, 2003, 2009,” kata dia menjelaskan.
Saat ini, status Gunung Dieng masih normal aktif. Sutopo mengatakan, belum ada kenaikan status terkait dengan peningkatan aktivitas gunung dan letusan yang terjadi tadi siang.
Sebanyak 10 orang mengalami luka-luka akibat letusan di Kawah Sileri. Menurut Wisnu Huda Wardana, anggota tim Search and Rescue atau SAR Kabupaten Wonosobo, kabupaten terdekat yang membantu menangani korban, di antara korban itu ada yang patah tulang dan luka di kepala, serta ada pula yang mengalami lecet atau luka ringan di bagian kaki dan tangan. Mereka kini dirawat di Puskesmas Batur.
“Wisatawan yang terdiri dari bocah dan dewasa panik. Mereka berlarian berhamburan,” kata Wisnu yang berada di lokasi kejadian, saat dihubungi Tempo, Ahad, 2 Juli 2017.
SHINTA MAHARANI | RINA W | Tempo