thayyibah.com :: Allah berfirman,
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang Dia (Allah) kerjakan, dan merekalah yang akan ditanya tentang yang mereka kerjakan” (QS. Al-anbiya : 23)
Sebagai bentuk adab terhadap Allah subhanahu wata’ala adalah anda tidak bertanya tentang apa yang Allah kerjakan, tidak bertanya tentang ketentuan Allah mengapa demikian dan demikian, tidak bertanya tentang taqdir Allah mengapa demikian dan demikian, karena anda adalah hamba-Nya.
Janganlah anda masuk pada perkara urusan Allah jalla wa’ala, Allah tidaklah ditanya tentang apa yang Allah lakukan, karena tidaklah Allah melaksanakan semua perkara dan urusan kecuali didalamnya ada hikmah, dan hikmah kadang nampak dan kadang tidak terlihat oleh manusia, dan kita beriman bahwa Allah tidaklah melakukan suatu perkara itu secara sia-sia, sesungguhnya Allah melakukan dengan hikmah sama saja nampak hikmah itu ataupun tidak bagi kita.
Dan adapun manusia akan ditanya tentang apa yang mereka lakukan, bukan Allah yang ditanya, demikian anda, akan ditanya pada hari kiamat tentang amalan-amalan anda. (referensi, Dr. shalih bin fauzan, atta’liqatul mukhtasarah ‘ala matnil ‘aqidah atthohawiyah, darul ‘asimah, Hal 113)
Alhamdulillah masalahnya bukan yg waras ngalah ato gimana..tapi ini dalam rangka pengenalan aqidah dasar kepada umat
Jika diibaratkan dengan bangunan, kedudukan akidah itu seperti pondasi daripada bangunan tersebut. Jika bangunan memiliki pondasi yang kuat, maka bangunan itu pun akan tahan dengan berbagai bentuk goncangan dan lainnya. Sebaliknya, jika pondasinya lemah, maka bangunan tersebut akan mudah rusak
Demikian juga, seseorang jika akidahnya lemah, maka dipastikan orang tersebut tidak memiliki keteguhan hati bahkan akan diombang-ambingkan oleh keadaan. Sebaliknya, jika seseorang memiliki akidah yang kuat, maka dia akan memiliki keteguhan yang kokoh dan memiliki prinsip yang jelas
Oleh Ustadz Hizbul Majid Al Jawi
***KESIMPULAN***
Para ulama yang menganggap filsafat sebagai ilmu sesat adalah para ulama arab saudi dan seluruh ulama di dunia ini yang beraliran salafy/ahlus sunnah wal jamaah. Dalam berbagai buku dan majalah dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu sesat yang bertentangan dengan ajaran islam. Namun harus diingat bahwa definisi ilmu filsafat yang dianggap sesat adalah ilmu filsafat yang bertentangan dengan ajaran islam.
Imam Ghazali telah menulis buku yang mengkritik filsafat dan menyatakan kafirnya berbagai ajaran filsafat. Namun kemudian Ibnu Rusyd (pengarang kitab bidayatul mujtahid) menulis buku yang membantah buku Imam Ghazali tersebut, dikabarkan bahwa Ibnu Rusyd membela filsafat, mungkin filsafat yang dibela ibnu rusyd adalah filsafat yang tidak bertentangan dengan ajaran islam.
Dengan demikian bisa dibilang bahwa ilmu filsafat itu terdiri dari dua bagian, bagian pertama yang tidak bertentangan dengan ajaran islam dan bagian kedua yang bertentangan dengan ajaran islam. Dan patut diingat bahwa dalam beragama kita tidak memerlukan filsafat karena nabi dan para sahabatnya juga tidak mengajarkan ilmu filsafat. Ar-Roziy berkata dalam kitab Aqsaamul Ladzdzat : Saya telah menelaah buku-buku ilmu kalam dan manhaj filsafat, tidaklah saya mendapatkan kepuasan padanya lalu saya memandang manhaj yang paling benar adalah manhaj Al-Qur’an…(dan seterusnya).
Abu Hamidz Al-Ghozali berkata di awal kitabnya Al-Ihya : “Jika kamu bertanya : ‘Mengapa dalam pembagian ilmu tidak disebutkan ilmu kalam dan filsafat dan mohon dijelaskan apakah keduanya itu tercela atau terpuji ?’ maka ketahuilah hasil yang dimiliki ilmu kalam dalam pembatasan dalil-dalil yang bermanfaat, telah dimiliki oleh Al-Qur’an dan Hadits (Al-Akhbaar) dan semua yang keluar darinya adakalanya perdebatan yang tercela dan ini termasuk kebid’ahan dan adakalanya kekacauan karena kontradiksi kelompok-kelompok dan berpanjang lebar menukil pendapat-pendapat yang kebanyakan adalah perkataan sia-sia dan ingauan yang dicela oleh tabiat manusia dan ditolak oleh pendengaran dan sebagiannya pembahasan yang sama sekali tidak berhubungan dengan agama dan tidak ada sedikitpun terjadi di zaman pertama… (dan seterusnya).