Thayyibah.com:: Tiga belas santri pada Pesantren Hidayatullah, Depok, terseret ombak di pantai Desa Rancabuaya, Kecamatan Purbayani, Garut, Jawa Barat, pada Selasa, 16 Mei 2017. Lima di antaranya belum ditemukan.
Kelima korban semua berusia 15 tahun itu, antara lain, Rijal Amrullah, Wisnu Dwi, Khalid Abdulah Hasan, Muhammad Syaifullah Abdul Aziz, dan Faisal Ramadhan.
Menurut Sekretaris Yayasan, Iwan Ruswanda, para santri itu berwisata ke Garut setelah mengikuti ujian nasional. Pengasuh pesantren itu sebenarnya mendampingi para santri dan sudah mengingatkan agar mereka tak berenang di pantai. Namun, sebagian di antara mereka mengabaikan peringatan pengasuh.
“Saat ini, kami tengah berusaha memastikan penanganan sebaik-baiknya untuk para korban,” katanya saat ditemui di kompleks Pesantren Hidayatulah Depok pada Rabu, 17 Mei 2017.
Delapan santri di antaranya ditemukan selamat, meski tiga dari mereka terluka dan dirawat. Sebagian yang selamat masih syok. Begitu juga guru yang mendampingi mereka, sehingga belum dapat diminta keterangan.
Duka mendalam juga dirasakan keluarga yang belum mendapatkan kabar tentang kelima santri itu. “Orang tuanya sudah kami kabari, kami sangat berhati-hati menyampaikannya. Kondisi mereka (para orang tua) sangat sedih, mereka syok. Ya, kami sangat memahami itu,” kata Iwan.
Para santri yang masih hilang itu, katanya, cukup berprestasi. Mereka adalah penghafal Alquran atau hafiz. Mereka juga baru dinyatakan lulus ujian menghafal Alquran.
“Kami terus mengharapkan doa dan dukungan dari berbagai pihak atas musibah ini dan berupaya semaksimal mungkin mengatasi situasi berat ini. Kami juga sudah mengerahkan tim internal untuk membantu tim SAR di sana,” ujar Iwan.
Tim SAR kesulitan
Tim SAR dan warga setempat yang membantu pencarian belum menemukan kelima santri itu hingga Rabu siang. Pencarian difokuskan di wilayah Pantai Cidora, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut. Lokasi itu adalah titik awal 13 orang santri terseret ombak.
Pencarian korban hilang terkendala kondisi pantai yang terjal dan ombak tinggi, sehingga para relawan pencari harus sangat hati-hati.
“Memang medan pantainya sangat terjal, kondisi bebatuan di sini sangat curam dan tajam, sehingga bisa saja perahu karet akan robek jika terkena bebatuan,” kata Slamet Riyadi, kepala Kantor SAR Bandung, yang ikut dalam operasi pencarian itu.
Pantai Cidora, kata Riyadi, memang terlarang bagi pengunjung untuk berenang. Tepi pantai juga dipasangi papan peringatan larangan untuk berenang. Para korban ditengarai tak mengindahkan larangan itu. Dilansir viva.co.id