Jualan Mimpi Dan Konpensasi Harta Dengan Doa
thayyibah.com :: Tahun 2012, adalah tahun di mana Yusuf Mansur bersemangat keliling kota-kota di tanah air (terutama di Pulau Jawa) untuk menjual Proyek Patungan Usaha dan Patungan Bisnis. Dia merangkul orang-orang di daerah sebagai event organizer (EO) untuk menggelar acara ceramahnya di masjid, gedung pertemuan, kampus hingga hotel.
Semua materi ceramah Yusuf Mansur kala itu tentu tetap dalam judul besar sedekah atau memotivasi orang mengumpulkan uang dan hartanya untuk dibawa pulang ke Jakarta. Tentu saja yang “dijual” adalah pesanstren binaannya, bahwa di pesantrennya telah berkumpul sekian ribu orang yang sedang membutuhkan uluran tangan sedekah dari jamaah.
Pada kota-kota yang didatangi, ada tiga pola pengumpulan dana dan harta masyarakat yang dilakukan Yusuf Mansur. Pertama, mengumpulkan “recehan” dari jamaah berupa uang dan perhiasan yang sedang melekat di tubuh dengan alat jaring seperti sajadah, sorban, selendang ataupun jaket.
Kedua, Yusuf Mansur mensasar kalangan berduit dengan iming-iming menjual saham program Patungan Usaha. Kepada mereka ini Yusuf Mansur menjual “mimpi” bahwa dengan patungan usaha ini umat akan memiliki hotel dan apartemen sendiri, pesawat sendiri, rumah sakit sendiri dan sebagainya.
Pola ketiga adala dengan menjaring uang jamaah yang ada di tabungan bank. Pola ini, walau pada dua atau tiga tahun lalu terbilang baru, namun belakangan pada tahun 2015 dilakukan Yusuf Mansur pada kalangan mahasiswa dan pelajar. Seperti yang dilakukannya belum lama ini di Yogykarta.
Seperti yang pernah dilakukan Yusuf Mansur pada satu acara di Temanggung, Jawa Tengah pada 4 Desember 2012 lalu. Acara yang berlangsung di gedung tenis indoor ini kemudian di unggah ke Youtub dengan judul ‘Pengajian Ustadz Yusuf Mansur Bisnis Dan Jadi Pengusaha Itu Memang Mudah’ (https://www.youtube.com/watch?v=OLrpu1pABtA)
Setelah berceramah sedikit, kini tiba saatnya Yusuf Mansur mainkan tujuan utamanya, yakni meraup uang dari jamaah. Yusuf Mansur tanpa malu-malu, tanpa basa-basi, langsung bertanya kepada jamaah, “Siapa diantara saudara-saudara yang punya tabungan?” Dia harus mengulang beberapa kali pertanyaan ini hingga jamaah tak kuasa untuk merespon dengan mengangkat tangan.
Karena merasa tujuannya belum maksimak, Yusuf Mansur lali mengangkat tangan dan berdoa, “Agar yang tak mau mengangkat tangan mengaku memiliki tabungan padahal dia punya, semoga Allah membuat tabungannya menjadi nol,” demikian Yusuf Mansur mengancam dengan doa itu.
“Saya tidak minta 100 persen, saya juga tidak minta 50 persen, saya juga tidak minta 25 persen. Saya hanya meminta kepada semua, siapa diantara saudara-saudara yang punya hajat dan bersedia menyedekahkan 10 persen dari jumlah total nilai tabungan saudara, maka kita akan berdoa mudah-mudahan hajat saudara akan dikabulkan Allah SWT,” begitu konpensasi yang Yusuf Mansur janjikan untuk uang 10 persen dari total tabungan dengan doa.
“Baik. Bismillaahirmaanirrahiim. Sekarang saya akan lelang. Siapa yang sudah ngacung-ngacung tadi, bersedia menyedekahkan 10 persen dari total tabungannya, mudah-mudahan Allah kabulkan hajatnya. Silahkan saudara yang bersedia berdiri, untuk membuktikan bahwa saudara bersedia. Habis saudara berdiri, habis saya menghitung, Insya Allah kita akan bacakan Alfatihah agar semua hajatnya dikabulkan Allah, dengan jalan sebab sedekah dan doa ini.”
(Yusuf Mansur kemudian menghitung mundur dari 10, jamaah langsung ramai mengangkat tangan lagi dan bediri, terutama ibu-ibu, sebagai bertanda mereka bersedia menyerahkan 10 persen dari tabungan mereka atas iming-iming doa Yusuf Mansur tadi).
Yusuf Mansur lalu berdoa dengan melafadzkan doa yang sudah populer, yakni doa hajat. “Mereka semua ini punya keperluan, mereka semua ini punya hajat, mereka semua ini punya kesulitan, mereka semua punya masalah, sedangkan Engkau Maha Kuasa atas sesuatu,” begitu doanya.
Setelah itu, Yusuf Mansur mulai “menjual” proyek hotelnya. Dia berkata, “Saya sedang mengembangkan hotel dan apartemen untuk keperluan haji dan umroh yang dibandrol 150 milyar. Saya mengundang 15 ribu jamaah, untuk ikut memiliki hotel tersebut. Sahamnya atau Patungan Usahanya 10 juta rupiah. Jangan bilang, “aduh, gak punya duit! Ini siapa yang nawaran? Allah.”
“Habis sholat dzuhur, asar, magrib, isya, habis sholat malam, angkat tangan kepada Allah, habis sholat subuh angkat tangan kepada Allah, dan tambahin sholat hajat, sebagai testimony saudara semua, minta sama Allah, supaya tercatat sebagai pemegang sahamnya ustat Yusuf Mansur. Buktikan sama Allah, nyampe atau tidak. Jangan tidak yakin, harus yakin. Kecuali saudara yang sudah punya duit, ya jangan mikir, bismillah saja.”
“Dengan 10 juta rupiah bisa dapat pahala seabrek-abrek hotel tersebut. Hotel itu didedikasikan salah satunya untuk mereka-mereka yang menunaikan ibadah umroh dan haji.”
Demikian Yusuf Mansur “menjua” proyek hotelnya ini. Jamah diberi keyakinan bahwa hotel ini adalah proyek akhirat dan dia juga memastikan, bahwa setiap orang yang bergabung dengan hotelnya pasti mendapat pahala seabrek dari Allah.
Ini tentu luar biasa. Karena otoritas Allah dalam memberikan pahala (dan juga dosa) juga dimasuki Yusuf Mansur.
Menurut Yusuf Mansur, di hotel tersebut akan diperdengarkan, Insya Allah 24 jam lantunan ayat-ayat suci Alqur’an, langsung dari mulutnya. “Ini hotel bukan hotel biasa. Tengah malam jam 3 dibangunin buat sholat tahajud. Kalo Senin disediakan sahur, kalau Kamis disediakan sahur,” demikian promonya.
Hari ini hotel tersebut memang sudah beroperasi dan memakai nama ‘Siti’ yang diambil dari nama istrinya Siti Maemunah. Apakah hari ini hotel itu beroperasi seperti apa yang pernah diucapkan Yusuf Mansur itu? Apakah sudah menjadi persinggahan jamaah haji dan umroh? Atau sepi pengunjung? Apakah benar 24 jam non stop diputarkan suara pengajian Yusuf Mansur? Bagaimana dengan membangunkan tamu pada pukul tiga dini hari untuk tahajut dan sebagainya? Kalau memang tidak sesuai, maka omongan Yusuf Mansur itu tak lebih dari seorang penjual obat
Namun yang pasti, program Patungan Usaha yang dibanggakan Yusuf Mansur sebagai investasi berbau akhirat itu sudah ditutup Otoritas Jasa Keungan, karena illegal dan lebih pada menjual mimpi.
Lalu, bagaimana dengan kepemilikan saham hotel tersebut? Apakah masih atas nama para peserta Patungan Usaha?” Kalau jika tidak, apalagi namanya diambil dari nama istrinya, maka penulis duga adalah unsur penipuan di dalamnya yang dilakukan oleh Yusuf Mansur. Jika memang ini yang terjadi, maka sudah selayakanya para perserta Patungan Usaha itu mengambil langkah hukum.
Pada bagian paling akhir dari ceramah ini, seperti di tempat-tempat lain, Yusuf Mansur meminta kepada orang-orangnya agar menggelar sajadah dan selendang untuk menampung pemberian uang dan perhiasan dari jamaah. Sambil menjalankan sajadah dan selendang Yusuf Mansur iringi dengan sholawatan. Makin banyak uang dan perhiasan yang terkumpul, lantunan sholawatan dari mulut Yusuf Mansur makin lantang.