Yusuf Mansur Makin Kaya, Jamaah Tetap Bodoh dan Naif
Tanggal 12 Juli 2012 Yusuf Mansur berceramah di Islamic Centre, Jalan Panglima Polim, Bojonegoro. Ceramah itu kemudian diunggah ke Youtube dan diberi judul : Cara Agar Hidup Kita Tenang.
Dalam video, pembawa acara menyebut ceramah yang dilaksanakan oleh PPPA Bojonegoro dan toko buku Toga Mas Bojonegoro ini sebagai Kuliah Tauhid.
Yusuf Mansur memulai ceramahnya dengan menggambarkan langit, bumi dan isinya adalah milik Allah. Allah itu Maha Medengar dan Maha Memberi. Oleh karena itu, jika seseorang menginginkan mobil atau motor yang berada di showroom, cukuplah berdoa dan meminta kepada Allah. Karena mobil atau motor di show room itu milik Allah.
Begitu juga dengan seseorang, yang ingin membangun apa saja, maka cukuplah meminta kepada Allah dengan doa, tahajud, dhuha, khatamkan Qur’an dan bersedekah. Cara ini lebih cepat berhasil dari pada dengan cara meminta dari rumah ke rumah, mendatangi pemerintah atau memimta dari Arab.
Yusuf Mansur kemudian menyusun cerita dengan mengumpamakan seorang pimpinan pesantren yang merasa susah menyelesaikan pembangunan pondok pesantrennya. Yusuf Mansur kemudian agak panjang berbicara tentang cerita rekaannya ini. Sampai pada sang kiyai bisa membangun pesantrennya karena bantuan dari salah satu orang tua santri.
Orang yang sedang lapar, tak usah ke warung makan tapi cukup berjalan ke masjid dan laksanakan sholat. Pasti akan mendapatkan makanan dan minuman. Yusuf Mansur kemudian panjang lebar mengarang cerita tentang orang yang mendapatkan makanan di masjid.
Ada juga seorang ibu yang tak punya uang namun ingin berbelanja di supermarket. Di sana dia bertemu dengan orang yang tak dikenalnya dan membayari semua belanjaan si ibu.
Juga tentang orang yang sangat ingin menunaikan ibadah haji. Yusuf Mansur mengarang cerita, orang yang sangat ingin berhaji itu didatangi oleh pegawai biro perjalanan haji yang kemdian mengurus semua keperluan hajinya, sampai dia ke tanah suci bersama jamaah dari Singapura.
Si kiyai yang ingin membangun pesantren, orang kelaparan yang masuk masjid atau orang yang rindu berhaji itu bisa terlaksana semua hajat mereka karena Allah mengutus para malaikat yang menjalankan peranannya sebagai manusia sehingga membantu orang-orang tadi mewujudkan keinginannya.
Kalau beberapa cerita di atas hanyalah perumpamaan, maka Yusuf Mansur memberikan contoh nyata. Ada seorang stafnya yang paling lama bekerja dengannya, namanya Erlan. Selama berkeja dari tahun 2004, Erlan mendapat gaji yang pas-pasaan. Dia juga tidak ada usaha lain untuk menambah uangnya. Dia hanya berkhidmat.
Sampai pada suatu saat Erlan dipanggil oleh istrinya untuk pulang kampung ke Kediri. Di sana telah menunggu kakak istri atau ipar Erlan yang akan memberikan uang sebesar Rp. 700 juta sebagai bagian dari pembangiannya. Sayangnya, hingga akhir ceramah, Yusuf Mansur tidak lagi menceritakan apa latar belakang Erlan mendapat uang sebanyak itu dan apa yang terjadi dengan Erlan setelah dia menerima uangnya.
Untuk itu, kepada jamaah yang ingin memiliki cincin emas, atau gelang atau kalung, maka setiap pagi dan petang memang jari, tangan atau leher sambil bersholawat dan meminta dalam hati agar segera Allah memberikan perhiasan yang diingikannya itu.
Yusuf Mansur sudah mencontohkan. Ketika dia menginginkan sebuah mobil yang berada pada sebuah showroom, maka setiap hari dia sisihkan waktu untuk lewat di depan show room tersebut sambil bersholawat dan meminta kepada Allah agar bisa memiliki salah satu mobil di situ. Benar sekali, tak beberapa lama kemudian salah satu mobil dalam show room itu menjadi miliknya.
Sebagai pembuktian, Yusuf Mansur menantang jamaah yang hadir, dengan berani mendatangi salah satu toko emas di Bojonegoro selepas acara ini. Di sana jamah dipersilahkan meminta perhiasan emas mana yang diinginkan dan pasti bisa memilikinya. Namun, sebelum pergi terlebih dahulu meminta kepada Allah dengan doa.
“Tapi saya ragu semua yang hadiri di sini, dari muka-muka yang saya lihat, semuanya meragukan tantangan saya ini. Semua usaha itu tidak akan berhasil jika masih ada sedikit keraguan dalam hati,” demikian cara Yusuf Mansur “mencuci tangan”.
Kepada seorang jamaah laki-laki yang duduk paling depan, bernama Tedy, Yusuf Mansur bertanya beberapa uang yang dibawanya hari itu dan berapa harga kamera yang dipegangnya. Tedy menjawab, uang yang dibawanya ada Rp. 30 ribu dan kameranya seharga Rp. 5 juta. Tedy belum menikah dan belum berhaji. Yusuf Mansur kemudian berkata, jika hanya berdoa hari ini makan Tedy akan pergi haji sendiri, tapi jika doanya ditambah dengan uang dan kameranya untuk disedahkan, maka Tedy akan pergi haji berdua.
Ceramah yang lebih dari satu jam itu, ternyata waktu banyak tersita oleh cerita rekaan yang dituturkan Yusuf Mansur dengan narasai yang memukau jamaah.
Sebelum mengakhiri ceramahnya, Yusuf Mansur mempersilahkan jamaah untuk mempersiapkan apa saja yang akan mereka sedekahkan. Jamaah lalu terlihat sibuk membuka dompet dan tas. Lalu, majulah seorang ibu yang mencopot cincin emas dari jarinya dan menyerahkan ke Yusuf Mansur. Ibu itu mengatakan, seorang anaknya sedang bekerja di PU di Pontianak. Ibu itu dengan suara tersendat menahan tangis, meminta agar Yusuf Mansur mendoakan anaknya agar diberi kesehatan, diberi rizki yang halal dan keberkahan dalam hidup.
Beberapa ibu-ibu yang maju dan menyerahkan uang dan perhiasanya, oleh Yusuf Mansur diminta untuk mengutarakan keinginan dan hajat mereka. Ada seorang ibu bernama Mukaromah, dia menyerahkan sejumlah uang untuk keinginannya mendirikan madrasah tahfidzul Qur’an. Awalnya Yusuf Mansur basa-basi menolak pemberian itu, namun ibu Mukaromah sudah bulat hati bersedekah ke Yusuf Mansur. Dengan tangan terbuka dan senyum penuh gembira Yusuf Mansur menerima pemberian si ibu yang memang sedang membutuhkan banyak uang itu.
Sambil terus menampung pemberian uang dan harta dari jamaah, Yusuf Mansur berkata, “Yang tidak menyerahkan cicin dan perhiasaannya hari ini, maka nanti sore, besok atau kapan saja, cincin dan perhiasanyna tidak berubah. Masih tetap saja begitu. Namun mereka yang sekarang menyerahkan cincin atau perhiasan lainnya, maka pada dua atau tiga tahun mendatang dia sudah bisa membeli emas yang berlipat-lipat jumlahnya dari sekarang, karena usaha dan bisnisnya maju.”
Yusuf Mansur kemudian memanjatkan doa, “Ya Allah, sebentar lagi sahabata-sahabat saya di sini akan maju ke depan dan menyerahkan hartanya untuk bersedekah. Karena itu, kabulkankan ya Allah, semua yang menjadi keinginan dan harapan mereka.”
Lalu, makin bersemangatlah jamaah yang hadir merogoh kantongnya, mencopot cincin dan perhiasan lainnya. Semua diserahkan kepada Yusuf Mansur untuk dibawa pulang ke Jakarta, ke rumahnya.
Erlan, Tedy, ibu Mukaromah dan ibu yang anaknya bekerja di PU Pontinak, mereka begitu terobsesi dengan cerita fiktif yang dibuat oleh Yusuf Mansur. Mereka juga sangt naïf, karena menitip doa dan harapan mereka pada Yusuf Mansur sekaligus memberikan harta mereka berupa uang, perhiasan dan sebagainya. Jadilah Yusuf Mansur makin kaya dengan harta pemberian jamaah ini, sementara para jamaah terus bekutat dengan kebodohan dan kenaifan mereka.
Bagi siapa saja yang mengamati ceramah Yusuf Mansur dalam berbagai forum dan mimbar dan dari berbagai tempat hingga yang divideokan, maka akan menemukan pola ceramah Yusuf Mansur yang sama. Pola ceramah ini tak lebih dari sebuah trik yang bisa jadi kita simpulkan sebagai penipuan, diantaranya.
- Semua ceramah atau penampilan Yusuf Mansur di muka umum selalu ditunjukkannya bahwa dia pandai membaca Qur’an dan dia selalu tunjukkan bahwa dialah satu-satunya pengayom para penghafal Qur’an.
- Yusuf Mansur selalu membuka ceramahnya dengan berbicara tentang kekuasaan Allah. Hal ini tentu dibenarkan oleh siapapun. Hanya saja, tujuan Yusuf Mansur di sini adalah ingin menampakkan bahwa dirinyalah yang paling shaleh dan paling takwa.
- Sebelum dia memulai isi ceramah, ada satu satu hal yang tak pernah dia lupakan, yakni menyampaikan proyek atau program Wisata Hati yang terbaru, termasuk usaha atau bisnisnya. Proyek dan program Wisata Hati Yusuf Mansur ini selalu berganti dan bertambah dari tahun ke tahun. Semuanya terkesan sebagai proyek akhirat.
- Untuk meraih simpati masyarakat, Yusuf Mansur biasanya sudah mempersiapkan brosur dan liflet dengan penampilan yang full colour, mewah dan bahasa yang memikat yang disertakan nomor rekening untuk menampung donasi.
- Setelah menyamapaikan informasi soal proyek terbaru, barulah dia mulai bicara soal doa dan keajaibannya. Tak lupa dia ceritakan juga keberhasilan seseorang, yang tentu saja tokoh fiktif, dalam berdoa.
- Setelah tentang doa, barulah dia mengarang cerita fiktif tentang seseorang yang menjadi kaya dengan bersedekah. Sedangkan cerita orang yang berhasil menjadi kaya, atau mendapat jodoh atau sembuh dari sakit selalu dikaitkan dengan dirinya. Seolah-olah tokoh sukses tersebut bersentuhan langsung dengan dirinya atau seperti si tokoh selalu bersama dengannya dalam kesehariannya.
- Setelah membuat cerita palsu dengan narasi yang sangat menyentuh, Yusuf Mansur biasanya memainkan jurus “todong” langsung seorang jamaah. Dengan demikian si jamaah merasa malu kalau tidak bersedekah sedangkan bagi jamaah lain merasa tertantang untuk memberikan sedekah yang lebih besar lagi.
- Setelah jamaah mengumpulkan uang atau harta berharga lainnya, bisa dipastikan uang dan harta itu dibawa pulang Yusuf Mansur ke rumahnya tanpa ada yang tau berapa jumlah dan nilai yang terkumpul dan untuk apa uang dan harta jamaah yang dibawa pulangnya itu.
Begitulah pola dan strategi Yusuf Mansur dalam meraup dana masyarakat. Dana yang terkumpul itu, lalu digunakan Yusuf Mansur dalam membangun bisnis dan usaha disamping memperbanyak asset pribadinya. Sehingga jadilah seorang Yusuf Mansur kaya raya sedangkan jamaah yang diceramahinya terus berkubang dalam harapan untuk menjadi kaya hanya karena mereka telah bersedekah kepada Yusuf Mansur.
Perlu diketahui juga, bahwa semua proyek dan bisnisYusuf Mansur yang berjumlah puluhan itu menciptakan banyak masalah dan taka da yang berhasil. Proyek berganti proyek (akherat) itu hanya untuk menutupi proyek yang gagal sebelumnya. Dan sebuah catatan penting untuk berbagai proyek Yusuf Mansur itu, bahwa nanti diujungnya akan menjadi milik pribadi Yusuf Mansur karena tercatat atas nama sendiri sebagai pemilik, begitu juga yang tercatat atasnama orang lain yang sengaja “dipasang”.