thayyibah.com :: Washington – Yang sudah diberitakan oleh dakwatuna.com Surat kabar Washington Post beberapa waktu lalu memberitakan bahwa para pejabat pemerintahan di negara-negara Benua Eropa mengaku cemas dengan gelombang pengungsi dari negara-negara muslim.
Menurut surat kabar tersebut, gelombang pengungsi dalam jumlah besar yang memasuki Eropa mengingatkan mereka pada tahun 1930-an ketika para pengungsi Yahudi berbondong-bondong datang ke Eropa paska meletusnya perang dunia pertama, seperti dikutip laman almokhtsar.com.
Saat ini rombongan pengungsi asal Timur Tengah dan Afrika menyerbu dataran Eropa, rata-rata mereka adalah korban perang. Tercatat dalam tujuh bulan terakhir sebanyak 340.000 orang imigran asal Timur Tengah dan Afrika masuk ke Eropa.
Sumber dari PBB menyebutkan, pada tahun 2014 kemarin jumlah penduduk yang meninggalkan negerinya akibat perang mencapai 60 juta jiwa, semuanya kini berstatus sebagai pengungsi.
Menyikapi serbuan pengungsi ini, negara-negara Eropa Timur hanya membuka pintu perbatasan mereka untuk pengungsi yang beragama Nashrani, sedangkan yang muslim mereka biarkan terkatung-katung di perbatasan. Mereka beralasan karena pengungsi muslim memiliki adat, budaya dan ketaatan dalam agamanya yang apabila diterima, akan bertolak belakang dengan budaya penduduk Eropa. Disamping itu ada kekhawatiran, jumlah penganut agama Islam akan semakin meningkat di Eropa. (thayyibah)