thayyibah.com :: Foto Aylan, balita pengungsi asal Suriah yang tewas di Pantai Turki itu, akhirnya menggegerkan dunia. Hati masyarakat dunia terketuk untuk memberikan “tempat” kepada pengungsi Suriah.
Hanya sesaat setelah foto miris Aylan itu beredar, Presiden Turki Reccep Tayip Erdogan langsung “mendamprat” negara-negara Barat dengan pidatonya yang berapi-api dalam pembukaan B20, forum bisnis negara-negara G20 di Ankara, Kamis (3/9). Pidato tersebut juga disampaikan menyusul ditemukannya mayat balita pengungsi Suriah di pantai Kota Bodrum, Turki, kemarin. Erdogan mengatakan bahwa Barat tidak sensitif dalam menyikapi permasalahan yang terjadi di Timur Tengah, khususnya dalam konflik di Suriah dan Irak. Hal ini, kata dia, berujung pada mengungsinya jutaan orang ke negara-negara tetangga, salah satunya Turki, menggunakan perahu seadanya mengarungi Laut Mediterania.
“Mediterania yang merupakan pusat peradaban kuno kini menjadi kuburan para imigran. Barat harus bertanggung jawab atas semua kematian ini. Kemarin bocah berusia tiga tahun ditemukan meninggal dan terdampar, kemanusiaan harus bertanggung jawab,” kata Erdogan. Erdogan juga mengatakan bahwa permasalahan ini adalah buah dari gagalnya sistem keamanan dunia, dalam hal ini Dewan Keamanan PBB yang selalu gagal menelurkan resolusi untuk mengecam rezim Bashar al-Assad yang membantai rakyat Suriah.
Pidato Erdogan itu akhirnya seperti gayung bersambut. Pemerintah Austria kemudian akan mengeluarkan peraturan yang melonggarkan aturan bagi migran Suriah yang sedang berada Hongaria yang ingin masuk wilayahnya. Austria juga sudah menangguhkan pemeriksaan acak di perbatasan negaranya. Padahal selama ini kita tahu, bahwa Australia sangat ketat dalam mensikapi imigran gelap asal Timur Tengah, terutama yang masuk lewat perairan Indonesia di Pulau Rote, NTT.
Kanselir Austria Werner Faymann mengatakan keputusan itu dikeluarkan setelah pembicaraan intensif dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri (PM) Hongaria Viktor Orban. Menurut Faymann, saat ini situasi darurat dimana harus bertindak cepat dan manusiawi. Austria, ujarnya, telah menolong sekitar 12.000 migran.
Seperti yang diberitakan, pada Minggu (6/9), para aktivis Austria dan Jerman melakukan konvoi mobil untuk menyeberang ke Hongaria dalam rangka menjemput para migran serta menolong mereka ke Eropa sebelah barat. Sekitar 140 mobil berkonvoi meninggalkan Wina untuk menuju ibu kota Hongaria, Budapest, sebagai bagian dari inisiatif pribadi dengan sebutan “konvoi pengungsi”. Salah seorang aktivis Austria yang ikut konvoi, Angelika Neuwirth, mengatakan tujuan mereka adalah untuk menyediakan penampungan bagi mereka di ibu kota Austria.
Sementara itu, keretakan politik terjadi diantara negara-negara Eropa karena PM Hongaria, Viktor Orban, menyalahkan Jerman yang dianggap mendorong aliran migran. “Sepanjang Austria dan Jerman tidak menyebut dengan jelas bahwa mereka tidak akan mengambil lebih banyak migran, maka jutaan migran baru akan datang ke Eropa,” tandas Orban.
Orban menggambarkan krisis itu sebagai pertahanan kemakmuran Eropa, identitas, dan nilai-nilai Kekristenan melawan gelombang migran terutama migran Muslim.
Selain Australia, Perdana Menteri Inggris David Cameron juga berubah pikiran dan bersedia menerima ribuan imigran asal Suriah. PM Cameron sebelumnya menuai kecaman dan kritikan karena dianggap kurang solidaritas melihat aliran ribuan imigran dan pengungsi asal Timur Tengah dan Afrika yang berniat mencari kehidupan lebih baik di kawasan Eropa.
“Merujuk pada besarnya skala krisis dan penderitaan mereka, hari ini saya mengumumkan bahwa kami akan melakukan lebih banyak hal demi memberikan tempat tinggal bagi ribuan pengungsi Suriah,” tutur PM Cameron saat berkunjung ke Lisbon, Portugal, seperti dilansir Reuters, Jumat (4/9/2015). Sekitar 5 ribu pengungsi asal Suriah mencapai wilayah Inggris sejak konflik melanda negara mereka tahun 2011 lalu. Para pengungsi ini telah diberi suaka politik oleh otoritas Inggris.
Aylan, oh Aylan. Nyawamu harus ditukar dengan kebijakan pemimpin dunia. (redaksi thayyibah)