Syafii Antonio‎: Koperasi Syariah 212 Menjadi Awal Kebangkitan Ekonomi Umat

Thayyibah.com::Koperasi Syariah 212 yang baru dibentuk hari penuh berkah, Jumat 6 Januari 2017 kemarin diyakini menjadi awal kebangkitan ekonomi umat. Sistem yang‎ dikembangkan di koperasi ini berbasis syariat dan setiap umat bisa berpartisipasi.

“Semuanya bisa berpartisipasi di Koperasi Syariah 212. Tukang ojek, nelayan, buruh bisa berpartisipasi, cukup dengan menyetorkan dana Rp 100 ribu,” kata Ketua Dewan Ekonomi ‎GNPF MUI Dr Syafii Antonio‎ kepada wartawan usai peresmian Koperasi Syariah 212, Jumat (6/1).

Dia menambahkan, ‎umat Islam punya daya beli yang besar tapi hanya jadi pasar bagi orang-orang yang pandai memanfaatkan pasar. Karena itu sudah saatnya umat Islam berubah dari konvensional ke syariah.

“Untuk tahap awal,‎ Koperasi Syariah 212 menargetkan aset Rp 212 miliar di tahun pertama, tahun ketiga Rp 2,12 triliun, tahun ketujuh Rp 21,2 triliun, dan tahun kesepuluh Rp 212 triliun,” ungkap Antonio yang juga pakar ekonomi syariat ini.

Dia menambahkan, Koperasi Syariah 212 tetap berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan syariah. Koperasi akan punya saham di waralaba, properti, manufaktur, ritel.

“Kami optimistis, koperasi ini akan berkembang pesat karena strategi pengembangannya lebih ke individu. Selain itu Koperasi Syariah 212 bentuknya holding, jadi nanti dia menyebar ke seluruh daerah,” terangnya.

Grand launching Koperasi Syariah 212 secara resmi telah dilakukan di STEI Tazkia, Sentul City, Jumat (6/1) kemarin.

Hadir Ketua MUI KH Ma’ruf dalam, Pembina GNPF-MUI Habib Rizieq Shihab, Ketua GNPF-MUI Ustadz Bakhtiar Nasir, para pimpinan GNPF MUI dan tokoh-tokoh umat.

Koperasi Syariah 212 akan Jadi Induk Investasi

Koperasi Syariah 212 yang dikoordinasikan Dewan Ekonomi Syariah 212 akan menjadi induk usaha dan investasi yang menaungi berbagai usaha. Meski terkesan kecil, Koperasi Syariah 212 punya visi besar bagi umat.

Ketua Dewan Ekonomi Syariah 212 Dr Syafi’i Antonio menjelaskan, Koperasi Syariah 212 merupakan koperasi serba usaha syariah. Izin koperasi ini akan diajukan ke Kementeriam Koperasi dan akan ada jasa keuangan sehingga akan terhubung pula ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Koperasi akan jadi induk investasi (investment holding) yang akan mengembangkan usaha di bawahnya termasuk ritel dan manufaktur dengan prioritas usaha.

Mengawali peluncuran Koperasi Syariah 212, dihadapan hadirin, Syafi’i mengatakan, semangat ekonomi pasca 212 sudah bagus, sayang produk yang kemudian ditransaksikan belum milik umat Islam. Ini yang ingin diangkat GNPF. Karena tidak saja ritel yang dibesarkan, tapi juga pusat distribusi. Pusat distribusi tentu butuh pula pusat produksi.

Tapi, membuat pusat produksi atau pabrik tidak cukup jutaan rupiah, tapi triliunan. Perlu gerak cepat dan butuh wadah yang bisa menampung dana jihad yang sifatnya ritel. Tidak ada yang lebih cocok untuk itu dari koperasi serba usaha. Iuran pokok dan sukarelanya kecil. Iuran sukarela atau tabungan investasi bisa dikembangkan untuk investasi, pun tabungan investasi waralaba.

Itu semua tidak bisa bergerak maksimal kalau umat tidak hijrah ke syariah. Kalau ditanya dananya dari mana? Maka umat harus menghijrahkan dananya dari bank non syariah, pasar modal non syariah, dan bank asing yang selama menikmati dana umat.

”Kita ambil dan alihkan ke koperasi syariah ini. Kalau masih nabung non syariah di sana, batal wudhu itu,” kata Syafi’i yang disambut senyum dan takbir hadirin.

Ada banyak sumber dana umat yang bisa dimanfaatkan. Dana Abadi Umat haji harusya bisa digunakan untuk kegitan produktif. Ada instrumen pasar modal reksa dana syariah penyertaan terbatas (RDS PT) dan reksa dana syariah open end yang memungkinkan menjaring dana ritel sehingga semua elemen umat bisa terlibat.

”Kalau kita cinta sama Allah SWT, ikuti apa yang Allah SWT mau,” kata Syafi’i.

Sekarang banyak properti umat yang dijual ke pengembang besar. Agar tidak semua dijual, Koperasi Syariah 212 mengajak umat Islam yang punya lahan untuk kerja sama.

Koperasi Syariah juga membidik perbankan syariah. Kalau ada bank syariah mulai oleng, umat beli. Apalagi perbankan nasional saat ini 65 persennya miliki asing.

Sumber: JPNN, ROL

About Abu Fira Smart